5. Mereka kelihatan seperti extrovert, tapi sebenarnya bukan
EIP suka menjadi pusat perhatian karena mereka self-centered. Dalam setiap percakapan, mereka ingin segalanya adalah soal mereka. Mereka ingin jadi satu-satunya yang berbicara karena mereka ingin orang mendengarkan cerita mereka saja.
Kita mungkin berpikir itu hanya karena mereka berkepribadian extrovert. Jadi wajar saja mereka seperti itu. Padahal, itu bukan karena mereka berkepribadian ekstrovert.
EIP akan menjaga supaya semua hal adalah soal dirinya dan bukan yang lain.
“So you better be quiet and just listen to me because it’s all about me,” begitulah kira-kira pikirannya.
Orang yang extrovert mampu mengikuti alur percakapan dengan orang lain dan tidak keberatan untuk berpindah-pindah topik, yang belum tentu adalah soal mereka.
Karena para extroverts mencari interaksi, bukan penonton yang mendengarkan saja. Mereka suka berbicara, tapi tidak bermaksud untuk menutup kesempatan orang lain berbicara.
6. Mereka bisa kelihatannya berempati, tanpa benar-benar berempati
Apa artinya berempati? Salah satu perspektif yang menurut saya sangat baik mengenai apa yang dimaksud dengan true empathy dikemukakan oleh Paul Ekman di dalam buku "Emotional Awareness, Overcoming the Obstacles to Psychological Balance and Compassion", yang ditulisnya bersama Dalai Lama.
Empati lebih dari sekadar kita merasa mengerti apa yang orang lain rasakan. Empati yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk beresonansi dengan perasaan-perasaan tersebut.
Begini.