"Hai, Jumari" Ujar Ariani menuruni anak tangga rumahnya yang lebih tinggi.
Jumari hanya menjawab dengan senyum sekaligus mengangkat tangannya pula.
"Ayo segera kita pergi ke pasar malam itu, Juamari" Ujar Ariani sembari mengambil sikap duduk dibangku belakang sepeda ontel Jumari.
Dengan cepat Jumari segera mengayuh sepeda tua itu menuju pusat pasar malam itu.
" Ariani apa kamu sudah izin dengan orang tuamu kan?" Tanya Jumari diatas sepeda menitih setiap jalan.
" Sudah, aku hanya bisa sampai Pukul 9 malam." Ujar Ariani
"Ohh, baiklah" Jawab Jumari singkat.
Sesampainya di lapangan dusun Jumari dan Ariani memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Disana terdapat kios kecil yang menjual berbagai makanan khas daerah seperti :Â Gudeg, Tiwul,dll.
Meja diujung kios itu menjadi tempat yang tepat melindungi mereka berdua dari terpaan  angin malam ditengah keriuan.
Dibawah lampu remang kios itu mereka memebicarakan mengenai berbagai hal mulai dari alam, dan hal- remeh lain..
" Hai, kenapa kau nampak sedih" Tanya Juamari sambil melihat harut muka Ariani yang berubah.