(Permisi, Pak Yadi)
"Iyaa, Mas mau beli apa?" Jawab Pak Yadi sembari berjalan membuka pintu warung.
" Ohh mau membeli tepung terigu, Pak. Satu bungkus" Pinta Juamari kepada Pak Yadi.
" Sebentar yaa saya ambilkan. Apa Bapak mempersiakan Kunjung Dusun?" Tanya Pak Yadi.
" Iyaa, Pak untuk mempersiapkan Kunjung Dusun". Jawab Jumari sambil tersenyum lebar.
"Jadi harga tepung terigu berapa nggih, Pak?" Jumari bertanya sembari menerima Tepung dari tangan Pak Yadi.
" Ohh semuanya Rp600 rupiah, Mas." Jawab Pak Yadi sambil mengitung menggunakan jari.
Jumari merogoh saku celana sisi kiri untuk mengambil uang saku yang diberikan ibuk sebelum berangkat tadi. Ibuk memberikan uang saku Rp1000 untuk membeli semua keperluan. Alangkah terkejutnya Jumari mendapati bahwa saku celananya bolong. Dengan raut muka cemas Jumari memeriksa saku sisi kanan. Nampaknya keberuntungan menaungi Jumari. Disaku itu terdapat uang Rp800 rupiah dari uang saku ibuk tempo hari. Syukurlah.
**
Fajar belum terlihat dari ufuk timur. Ia masih malu dan bersebunyi dibalik gunung yang masih nampak gelap namun tetap megah. Lapangan dusun terlihat kecil dari kejahuan. 50 meter kira-kira jaraknya.
Ariani melipat selimutnya sampai berbentuk layaknya  tahu goreng. Simetris disetiap sisinya. Ditemani cahaya lampu cemprong Ariani membantu ibunya memasak didapur yang berada dibelakang rumah.