" Aku juga tidak tahu. Mungkin murid baru kah?" Jawab Tohar degan mengerutkan dahi, tanda penasaran.
**
Hari ini Tradisi "Kunjung Dusun" mulai diadakan hingga tiga hari kedepan. Sekolah untuk sementara diliburkan, semua fasilitas dusun berhenti kecuali angkot. Permadani hijau dibiarkan semakin menguning diterpa angin. Burung-burung terbang mengangkasa sembari membantu proses peyerbukan dikaki gunung.
Warga berdunyun saling berkunjung satu sama lain. Kudapan khas seperti Klepon,dan Wajik menjadi suatu yang selalu ada disetiap meja, tidak terkecuali Rumah Jumari. Kudapan ditata rapi demi menyambut para tamu. Sampai siang hari Rumah Jumari telah disinggahi oleh Pak Rohan, Paka Rusmin, dan masih banyak lagi.
Di lapangan dusun sedang dipersiapkan Pertunjukan Wayang satu malam penuh beserta dengan pesta rakyat, dan pasar malam. Jaraknya 800 meter dari Rumah Jumari.
Menjelang sore terdengar suara dari depan pintu Rumah Jumari.
 Tok..tokk..tokk. Dengan cepat Bapak membukakan pintu rumah. Ternyata Pak Kusmin. Beliau adalah sekertaris dusun. Ia tinggal tidak jauh dari lapangan yang akan mengelar berbagai acara itu. Pak Kusmin berkunjung bersama dengan istrinya.  Tidak nampak siapapun lagi yang masuk dari ambang pintu.
 " Jumari tolong kau kemari, dan bersalaman dengan Pak Kusmin." Ujar Bapak memanggil Jumari yang berada dibelakang rumah."
"Nggih, Pak.".Jumari masuk ke ruangan tamu, lalu bersalam dengan Pak Kusmin.
Selepas itu Jumari segera kembali ke belakang rumah.
Ditemani riuh tertawa Bapak dan Ibuk bersama Pak Kusmin dari ruang tamu, Jumari sibuk memberi pakan ternaknya. Deru air sungai deras seakan menjadi pengiring fajar yang semakin jondong keufuk timur.