Larasati: "Iyaa Ibu,  Aku akan segera  sarapan. Terima kasih Pak, Bu atas doanyaa."
Bapak Slamet: "Tidak perlu terima kasih, Nak. Kami selalu mendukungmu dalam setiap langkah."
Ibu Ani: "Pastikan kamu memberikan yang terbaik dalam mengajar, ya. Anak-anak itu sangat beruntung memiliki guru seperti kamu."
Larasati: "Terima kasih, Ibu. Aku akan memberikan yang terbaik."
[Semua tersenyum bahagia sambil bersiap-siap menyambut hari yang baru.]
Tiga tahun berlalu sejak Larasati menjadi guru di sebuah sekolah dasar di desa kecil. Meskipun mencintai pekerjaannya, dia merasa terinspirasi untuk mengejar impian pribadinya menjadi seorang PNS. Dengan tekad kuat, Larasati mengikuti seleksi PNS sambil tetap mengajar di sekolah. Minggu demi minggu berlalu, Larasati terus mengikuti ujian dan tahapan seleksi lainnya. Dia harus berjuang melalui berbagai rintangan dan tantangan, termasuk mengatur waktu dengan cerdas antara mengajar dan belajar untuk seleksi PNS. Namun, dengan kegigihan dan dukungan dari keluarga serta rekan-rekannya, Larasati terus maju dengan tekad yang tidak pernah luntur. Â Akhirnya, hari pengumuman hasil seleksi PNS tiba. Dengan hati berdebar, Larasati membuka surat pemberitahuan yang dikirim oleh panitia seleksi.
Larasati membuka surat pemberitahuan dengan hati berdebar, sambil kedua orang tuanya duduk di ruang tamu.
Larasati: (dengan suara gemetar) "Bapak, Ibu, ini hasil seleksinya... (menahan tangis) Aku... aku diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil."
Bapak Slamet: (dengan senyum bangga) "Wah, itu luar biasa, Nak! Selamat!"
Ibu Ani: (sambil memeluk Larasati) "Betapa bangganya kami padamu, Nak. Ini adalah prestasi yang luar biasa."
Larasati: (tersenyum bahagia) "Terima kasih, Bapak, Ibu. Aku benar-benar senang. Tapi... ada sedikit masalah."