Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Oda Mae

2 Januari 2020   03:58 Diperbarui: 2 Januari 2020   04:02 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita tua itu memandang wajah Gendis, dengan gemetar ia memegang tangannya. "Ingat saat pertama kali kita bertatap muka? Itu baru saja kemarin pagi," Bisiknya.
"Kamu ngerti kan?"

Gendis duduk dengan mulut yang ternganga, air matanya berderai. Tidak percayq akan apa yang di ceritakan wanita tua itu. Gendis kemudian lari keluar menuju apartemen Oda Mae. Memukul pintu berkali-kali sampai akhirnya Gendis tidak bertenaga lagi, lemas dan terjatuh di lantai.

Wanita tua itu menelpon polisi yang tidak lama kemudian datang mendobrak pintu apartemen Oda Mae. Bau menyengat tercium saat mereka memasuki apartemen yang dipenuhi debu tebal dan sarang laba-laba. Anak Gendis, ditemukan sudah mati terkapar di lantai. Sepertinya Gelio mati karena cekikan di leher.

Gendis berteriak histeris saat melihat anaknya yang sudah mati di bawa keluar dari apartemen. Setelah itu pandangannya samar-samar. Gendis ingat saat polisi menginterogasinya dengan berbagai pertanyaan, Gendis berteriak-teriak dan menangis. Dia ingat suaminya Elio datang berteriak dan mengguncang-guncang bahunya. Lalu Gendis merasa lemas dan semuanya terlihat sangat gelap. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.

Gendis akhirnya di kirim ke rumah sakit jiwa selama satu tahun. Saat keluar dari rumah sakit jiwa, suaminya meninggalkannya. Elio curiga bahwa Gendis telah membunuh Gelio, darah daging mereka. Gendis kemudian di pulangkan kembali ke Jepara, namun orang tuanya yang sudah lama tidak mengakuinya dan memasukkan Gendis kembali ke rumah sakit jiwa di Jepara.

Saat tidur Gendis kerap memimpikan anaknya menangis dan berteriak "Mama.. tolong mama ... mereka menyekap saya di sini dan saya tidak bisa keluar!" 



Catatan: Cerita ini hanyalah cerita fiksi yang terinspirasi dari puisi saya berjudul 'Kala Langit Memilih Bisu". Mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan tempat.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun