Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Tidak Bisa

30 Maret 2021   20:02 Diperbarui: 30 Maret 2021   20:02 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Entahlah, dua tahun…mungkin.”

Erika menatap wajah sahabatnya dengan iba dan sesal. “Kenapa harus Pak Seno? Kamu nggak kasihan sama keluarganya? Kamu nggak mikir bagaimana perasaan istrinya kalau sampai dia tahu…”

Sampai pada titik ini, Ariella merasa dibenturkan pada realita yang ingin dia hindari. Ariella sepenuhnya menyadari bahkan semenjak cinta itu mulai bersemi antara dirinya dengan Seno, Sang Editor. Dia sudah berada pada dilema itu sangat lama dan tidak ingin beranjak pergi karena cinta itu indah, dan dia menginginkannya. Sangat menginginkan cinta, meskipun hanya bisa melihatnya, hanya bisa menyentuhnya, tanpa pernah berusaha untuk memilikinya. Dia sadar tidak ingin merebut apapun dari siapapun, dia tidak ingin merusak apapun yang telah dibangun dengan susah payah. Dia hanya ingin mencintai, dan tepat seperti dugaannya, tidak ada yang berusaha memahami situasinya, bahkan sahabatnya sekalipun saat ini tengah menyudutkan dirinya.

“Sebaiknya kamu pulang sekarang.” Ariella mendorong tubuh Erika perlahan.

“Dan sebaiknya kamu diam, karena aku langsung tahu begitu berita ini tersebar, bahwa kamu pelakunya.”

Erika terhenyak. “Baiklah, aku pergi. Jangan lupa kopimu.”

Dan kopi itu dia lupakan, tidak lagi cemas akan menjadi dingin.

***

Ariella mengemasi barang-barangnya, dia mendorong semuanya masuk ke dalam ransel usangnya. Dia harus bergegas pergi sebelum semua orang memergokinya melakukan ini sambil menangis.

“Apa ini?” Seno terkejut menerima surat pengunduran diri dari Ariella sepagi itu. Dan yang menyampaikan bukan dia sendiri, melainkan Erika.

“Sebaiknya Bapak menerima permintaan Ariella…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun