“Batalkan pesanan ojek online kamu, biar aku yang antar…please, jangan menolak tawaranku.”
Tak lama berselang setelah mendengar jawaban di seberang sana, Seno bergegas turun ke tempat parkir.
Erika melihat bosnya berlari ke tempat parkir dan hanya bisa menghela nafas panjang. Erika tidak mengerti bagaimana situasi mereka begitu rumit. Cinta memang rumit, Erika belajar untuk memahami perasaan Ariella bahwa dia tidak bermaksud apapun terhadap Seno. Dia hanya mencintai seseorang di saat yang tidak tepat.
“Kamu tak perlu melakukan hal sejauh ini.” Desah Seno kecewa,
“Kapan kamu berangkat ke Yokohama?”
“Kamu berhentilah memperhatikanku. Aku tidak perlu lagi melaporkan semua rutinitasku padamu, kamu bukan lagi atasanku sejak hari ini!”
Ariella tidak sanggup lagi membendung airmatanya, dia menutup wajah dengan salah satu tangannya. Tak lama kemudian, dia merasakan tangan Seno mencari-cari tangannya. Dia menggenggam tangan itu dengan erat, seperti tahu bahwa itu adalah hal terakhir yang bisa dia lakukan untuknya. Ariella membalas genggaman itu tak kalah erat, dia letakkan tangan yang hangat itu di pipinya yang basah oleh airmata.
“Jangan pergi…” bisiknya lirih, Seno nyaris tak mendengar apa yang dikatakan Ariella, tetapi dirinya pun ingin mengatakan sesuatu kepada Ariella.
“Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu, kita bisa pergi ke tempat yang sedikit jauh, setidaknya sampai besok pagi. Aku antar kamu pulang.”
Hujan semakin lama, semakin deras. Hujan mengantar perjalanan dua sejoli itu entah kemana, hanya mereka yang tahu. Ariella tidak mengharap apapun dari Seno, dia senang Seno mau menemaninya sampai matahari terbit besok menyadarkan mereka untuk berpisah.
Atau mereka akan meminta satu atau dua malam lagi untuk tetap bersama, setidaknya sampai mereka siap untuk berpisah. Siap memulai kembali lembaran yang lain, meskipun lembaran ini tidak sedetikpun ingin mereka lupakan. Lembaran cinta yang tidak bisa ini, begitu berharga…