Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Tidak Bisa

30 Maret 2021   20:02 Diperbarui: 30 Maret 2021   20:02 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ariella ingin tertawa mendengarnya, tetapi dia tahan. Dia tahu, mereka sama-sama tahu, dan itu tidak perlu dibicarakan.

***

Erika membuka kulkas dan memasukkan semua belanjaan ke dalamnya. Dia nyaris tidak menemukan apapun di dalam kulkas, sementara pemiliknya seminggu ini kerjaannya hanya mengurung diri di kamar, minum soda dan tidur. Dia tidak keluar rumah, dia tidak membersihkan kamar, tidak melakukan apapun.

“Kupikir tadinya kamu mati, Riel.” Erika mengatakan dengan lantang sambil terbahak-bahak. Dia berharap sahabatnya mau berterus-terang tentang apa yang sebenarnya terjadi. Erika tahu benar bahwa topik pembicaraan yang tidak disukai Ariella adalah topik tentang dirinya.

“Kamu mau kopi?” Erika tidak peduli dia mau atau tidak, dia tetap menyalakan mesin kopi.

Ariella bergeming, dia mencium aroma kesukaannya, kopi. Dia memaksa tubuhnya bangkit dan melihat Erika tengah sibuk menyiapkan kopi dalam dua buah mug bergambar kartun kesukaannya.

“Kamu sudah lama disini?” tanyanya, dia hanya ingin memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi melihat Erika menyiapkan kopi untuknya.

“Begitulah…” jawab Erika singkat, dia melangkah bermaksud menyodorkan kopi untuk Ariella saat terdengar bunyi kraakk yang cukup mengejutkan di bawah kakinya.

“Woops!” Erika terkejut dan langsung merasa bersalah karena menginjak sebuah frame sampai pecah.

“Tidak usah dibersihkan!” seru Ariella, tapi nampaknya terlambat. Erika terhenti dan meletakkan dua buah mug di tangannya ke atas meja hanya untuk memahami apa yang baru saja dia injak.

“Ini foto siapa, Riel?” pertanyaan Erika mengambang, seperti tak sepenuhnya memerlukan jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun