Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Luka

16 Maret 2017   15:51 Diperbarui: 16 Maret 2017   16:04 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Come here with me. Tinggalkan saja papamu, dan tinggallah disini dengan Mama, Honey!”

“Tapi, Ma. Dina harus tahu kenapa kalian bercerai! Kenapa kalian tega berbuat seperti ini sama Dina? Ma, please...?!”

Telepon dimatikan dari seberang. Tidak secuilpun penjelasan diberikan pada Dina. Dari luar kamar terdengar suara Ibu Marina memanggil-manggil namanya.

“Diin...Dina...kamu baik-baik saja, Nak?! Nih Tante punya puding coklat buat kamu!”

Dina dengan malas beranjak dari ranjang, dia bukan anak kecil lagi, jadi ‘puding’ tidak membuatnya bahagia sama sekali.

“Terima kasih, Tante.”

“Dina..”

“Ya?”

“Eh...bukannya hari ini kamu harus berangkat ke sekolah?”

“Maksud, Tante?”

“Ehh...nggak, hanya saja sekolah itu lebih baik buatmu. Jangan biarkan rasa benci menutupi kebahagiaan yang sudah seharusnya kamu dapatkan di sekolah.” Ibu Marina meraih tangan Dina dengan penuh kehangatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun