“Come here with me. Tinggalkan saja papamu, dan tinggallah disini dengan Mama, Honey!”
“Tapi, Ma. Dina harus tahu kenapa kalian bercerai! Kenapa kalian tega berbuat seperti ini sama Dina? Ma, please...?!”
Telepon dimatikan dari seberang. Tidak secuilpun penjelasan diberikan pada Dina. Dari luar kamar terdengar suara Ibu Marina memanggil-manggil namanya.
“Diin...Dina...kamu baik-baik saja, Nak?! Nih Tante punya puding coklat buat kamu!”
Dina dengan malas beranjak dari ranjang, dia bukan anak kecil lagi, jadi ‘puding’ tidak membuatnya bahagia sama sekali.
“Terima kasih, Tante.”
“Dina..”
“Ya?”
“Eh...bukannya hari ini kamu harus berangkat ke sekolah?”
“Maksud, Tante?”
“Ehh...nggak, hanya saja sekolah itu lebih baik buatmu. Jangan biarkan rasa benci menutupi kebahagiaan yang sudah seharusnya kamu dapatkan di sekolah.” Ibu Marina meraih tangan Dina dengan penuh kehangatan.