Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Luka

16 Maret 2017   15:51 Diperbarui: 16 Maret 2017   16:04 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir-akhir ini Dina seringkali datang terlambat, tetapi Marina enggan menghabiskan desert-nya sebagai hukuman. Dia tidak tega karena porsi makan Dina jadi bertambah dua kali dari biasanya. Memang Dina tidak lagi marah padanya dan masih mau ditemani kemana-mana oleh Marina, tetapi Marina jadi merasa sangat bersalah padanya.

“Sudahlah, aku hanya melakukan yang seharusnya kulakukan. Kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu.”

“Kalau begitu kamu mau, kan ke rumahku sekali lagi. Aku ingin kita mengulangi kejadian yang sama tempo hari. Aku masih ingin mengantarkanmu pulang ke rumah dengan hati tenang dan aku ingin sekali membahagiakanmu, Din. Mau, ya?!”

Dina tertawa kecil, “dasar bodoh! Aku bukan anak kecil lagi pakai diantar segala! Hari ini kita ke rumahmu, deh!”

Marina senang mendengarnya. Dia berjanji dalam hati untuk berusaha sekuat tenaga meringankan beban sahabat baiknya.

Dalam perjalanan pulang, mereka berdua asyik bersenda gurau hingga tak terasa sudah sampai di halaman depan rumahnya. Dina tiba-tiba membisu.

“Kenapa, Din?”

Dina bernafas lebih cepat dari biasanya dan membuka pintu depan tanpa beruluk salam atau mengetuk.

“Papa?!”

Marina yang masih tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, berusaha untuk menyusul Dina ke dalam. Dia melihat Dina berdiri di ambang pintu kamar ibunya yang menganga lebar dan berusaha mencari tahu.

“Astaga, Ibu!” Marina terkejut melihat ibunya mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya dan papa Dina yang berdiri dengan bertelanjang dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun