“Nggak! Tuh, Mbak Dina baru selesai makan.” Katanya sembari menunjuk Dina yang langsung menghambur ke arah Marina.
“Riiin...aku diputusin sama Patrick!” begitu serunya sembari memeluk erat tubuh Marina yang terkejut.
“Apa?!” marina lalu memegangi kedua bahu Dina dan melihatnya bercucuran airmata. Mereka lalu berpelukan lagi, perlahan-lahan seragam Marina jadi terasa hangat.
Rupanya hari minggu kemarin Patrick memutuskan Dina. Katanya dia sudah tidak mencintainya lagi.
“Hanya itu yang da katakan?” tanya Marina penasaran. Tetapi sesungguhnya dia khawatir kalau Patrick bakal menyebut dirinya sebagai pemicu putusnya percintaan Dina dan Patrick.
Dina mengangguk sambil mengambil tisu lalu mengelap hidungnya. “Hanya itu, Rin. Sebenarnya aku berharap Patrick jujur. Instingku mengatakan bahwa ada orang ketiga diantara kami berdua, tapi aku tidak bisa mengetahui siapa dia sebenarnya.”
Marina menelan ludah. Bisa jadi orang itu adalah dirinya, tetapi Marina merasa tidak benar-benar bersalah. Patrick-lah penyebab semua kekacauan ini, bukan dirinya atau contekannya tempo hari.
“Memangnya kalau Patrick jujur apa efeknya buatmu? Toh, tetap saja kamu diputusin sama dia.” Tanya Marina penuh selidik.
“Yeah, setidaknya aku bisa menampar mukanya, terus pergi.”
“Pergi?”
Dina mengangguk pasti.