Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak Tua dan Secangkir Teh

16 Maret 2017   08:45 Diperbarui: 16 Maret 2017   08:49 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menggeleng, “kubuang ke tempat sampah semuanya.”

Kakek kembali duduk sambil berpikir sejenak. “Memangnya kamu melukis apa?”

“Aku mencoba meniru lukisan Da Vinci, Vitruvian Man.”

Kakek terkekeh-kekeh mendengarnya. “Kenapa kau bodoh sekali, Nak. Membuang-buang kertas hanya untuk meniru lukisan orang lain.”

Aku tersenyum saja mendengarnya. Memang terkadang aku menjadi demikian bodoh untuk mencari tahu apa yang sebenarnya aku inginkan.

Sedikit demi sedikit warna yang aku torehkan mulai menghidupkan sosok yang aku gambar. Kakek setia menemani di belakangku, terkadang terhenti sejenak untuk melayani pelanggan. Aku menyuruh Kakek untuk membuka kedai setelah aku selesai menggambar sketsanya. Terkadang orang akan tertarik saat melihat seseorang menunjukkan kebolehannya memberi warna.

“Kakek buka saja kedainya. Mungkin saja saat pelanggan melihatku mewarnai mereka jadi terhibur. Syukur-syukur kalau tiba-tiba ada yang menawariku menjadi guru les privat menggambar.” Begitu kataku sambil nyengir ke arah Kakek.

Benar saja, setiap kali ada pelangan datang, mereka seperti tertarik saat melihat kebolehanku di atas kanvas. Setelah lima atau tujuh pelanggan kemudian, seorang Ibu paruh baya memberiku kartu namanya dan mengundangku datang ke rumahnya minggu depan untuk mengajari anak pertamanya yang autis menggambar.

“Dia suka sekali menggambar, mencorat-coret tidak beraturan. Mungkin kalau kamu mau mengajarinya, Saya akan sangat senang sekali.”

Aku harus memberitahu Ibu tentang kejadian hari ini. Hari yang paling kunikmati selama menjadi seorang pelajar biasa.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun