Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak Tua dan Secangkir Teh

16 Maret 2017   08:45 Diperbarui: 16 Maret 2017   08:49 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yoo, Adi! Kita datang nih!” seru Yolan, sang ketua klub.

“Wahhh…sepertinya ini asli!” seru Rani, si cantik (ehem…) anggota klub seni sembari menyentuh salah satu lukisan Van Gogh.

“Ini nih, yang asli. Ayo, silakan diminum.” Kataku saat menghidangkan teh untuk mereka.

“Enak…”

“Eh, iya enak lho!”

“Ho-oh…enak.”

“Mantap, tenan!”

“Hahahaha…dasar ndeso!”

Aku tersenyum mendengar komentar teman-teman yang saling bersahutan. Kupandang lukisan seorang pria muda yang berdiri dengan gagah dengan mata berkaca-kaca. Terharu.

***

“Kakek ingin berterimakasih pada seluruh putra dan putri Kakek yang sudah bekerja keras untuk menyembuhkan perasaan Kakek.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun