Karena terlalu islami, mereka berdua tidak mau tinggal bersama di posko, dengan alasan bukan mukhrim. Â Di hari pertama kami pun berunding dan menyepakati mereka berdua untuk di tidur terpisah.
" kate gimana ?" tanya mereka berdua.
Kalau kate sudah bisa ditebak, Â saya pun menajawab "dia anak pencinta alam, yang hidupnya biasa bergantung dengan alam, jangankan tidur bereng sama laki-laki suruh tidur sama hewan alam liar juga dia mau". seketika ketawa pecah terdengar.
Dihari pertama, setelah menyepakati marwiyah dan wulan untuk tidur dirumah salah satu warga, saya sebagai orang yang dituakan untuk mengantar mereka bersilaturahmi ke warung yang jaraknya hanya 10 langkah dari posko.Â
"punten asalamualaikum" ucap saya  berdiri di depan warung sambil melihat berbagai jenis makanan dimeja.
pemilik warung pun terlihat berjalan keluar dengan mengucapkan "walaikum salam, iya mas mau beli apa?"
Agak sedikit bingung, soalnya yang keluar tidak nampak sosok ibu - ibu warung yang memakai daster dengan bau balsem ditubuhnya.
Sejenak saya pun, melolongkan mata dari bawah ujung kaki, sedikit melihat ke atas, Â terlihat wajah natural dari perempuan desa, dalam hati berkata "apakah ini dinamakan dengan kembang desa, cuantiknyooooo"Â
"iya mas mau beli apa ?" sekali lagi perempuan itu bertanya pada saya.
dengan gugup aku menjawab "ehmm eng engga bu, ini saya mauuu" mulut susah bergerak mencium aroma wangi dari rambunya.Â
sekali lagi dengan suara lembut dia bertanya "mohon maaf mas mau beli  ? beli apa ?".