Mohon tunggu...
Wamin
Wamin Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis Sosial

Moto Hadapi, Hayati, Nikmati Narator Tim Kreatif KARTA AYU TV, Specialist copywritting, Digital Marketing, pegiat media sosial, Organisatoris. Penulis buku Suara Adzan Ayah, Penulis dapat dikunjungi melalui Facebook Wamin Apriansyah dan Instagram Wamin_apriansyah "Menulislah dengan hati, Kelak kau akan akan mengerti, berapa banyak kenangan yang kau miliki, tanpa harus mengingat semuanya sudah tercatat"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KKN Fenomena RCTI (Rangda Cilik Turunan Indramayu)

7 Januari 2025   22:35 Diperbarui: 7 Januari 2025   22:44 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok KKN Drunten Wetan Sumber : Arsip Pribadi

Karena terlalu islami, mereka berdua tidak mau tinggal bersama di posko, dengan alasan bukan mukhrim.   Di hari pertama kami pun berunding dan menyepakati mereka berdua untuk di tidur terpisah.

" kate gimana ?" tanya mereka berdua.

Kalau kate sudah bisa ditebak,  saya pun menajawab "dia anak pencinta alam, yang hidupnya biasa bergantung dengan alam, jangankan tidur bereng sama laki-laki suruh tidur sama hewan alam liar juga dia mau". seketika ketawa pecah terdengar.

Dihari pertama, setelah menyepakati marwiyah dan wulan untuk tidur dirumah salah satu warga, saya sebagai orang yang dituakan untuk mengantar mereka bersilaturahmi ke warung yang jaraknya hanya 10 langkah dari posko. 

"punten asalamualaikum" ucap saya  berdiri di depan warung sambil melihat berbagai jenis makanan dimeja.

pemilik warung pun terlihat berjalan keluar dengan mengucapkan "walaikum salam, iya mas mau beli apa?"

Agak sedikit bingung, soalnya yang keluar tidak nampak sosok ibu - ibu warung yang memakai daster dengan bau balsem ditubuhnya.

Sejenak saya pun, melolongkan mata dari bawah ujung kaki, sedikit melihat ke atas,  terlihat wajah natural dari perempuan desa, dalam hati berkata "apakah ini dinamakan dengan kembang desa, cuantiknyooooo" 

"iya mas mau beli apa ?" sekali lagi perempuan itu bertanya pada saya.

dengan gugup aku menjawab "ehmm eng engga bu, ini saya mauuu" mulut susah bergerak mencium aroma wangi dari rambunya. 

sekali lagi dengan suara lembut dia bertanya "mohon maaf mas mau beli  ? beli apa ?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun