Aku pun melanjutkan langkahku menuju parkiran. Aku melihat Hario telah berdiri di depan mobil dengan senyum mengembang.
     "Ayo, silakan masuk!", katanya membukakan pintu mobilnya untukku.
     Aku pun memasuki mobilnya. Sampai kami berdua telah berada di dalam mobil, Hario mulai mengemudikan mobilnya.
     "Terima kasih ya, Li sudah mau memberikan waktu untuk menemaniku"
     "Sama-sama, pak", jawabku singkat.
     "Kamu tidak usah panggil saya pak kepadaku, biarkan itu hanya panggilan di waktu kerja saja. Sekarang kan aku tidak sedang bekerja, lagipula umur kita tidak jauh berbeda. Jadi, panggil saja aku dengan menggunakan nama saja"
     "Baiklah pak, ehh..... Hario maksudku"
     "Santai saja lagi Lia, tak usah tegang seperti itu. Aku hanya ingin membuatmu rileks jauh dari pekerjaan"
     Ternyata dia menyadari keteganganku sejak tadi. Aku memang tidak tahu setiap berada di dekatmu, aku selalu tegang, tidak tahu harus berkata apa, apalagi sekarang ini jantungku berdetak tidak karuan berada di dekatnya, bagaimana bisa ini terjadi kepadaku.
     "Ada apa dengan diriku?", kataku membatin.
     "Bagaimana dengan kakimu? Apa masih sakit?", ucapnya kembali berbicara.