"Mendingan sekarang kamu pergi, aku tak mau melihatmu lagi", kataku mulai menangis.
     "Maaf, kalau kata-kataku tadi menyakitimu lagi", katanya lagi.
     "Pergi!"
     Tanpa terasa, air mata ini mengalir di pipiku, membuat aku merasa sangat benci terhadap Robert.
     "Ya sudah aku pergi, jaga dirimu baik-baik ya", katanya melangkah pergi.
     Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku, ingin memaki, ingin teriak, ingin memukul orang itu dan berbagai hal lain.
     Aku tidak habis pikir, aku bingung dengan sikapnya kemarin siang, dia sudah membuatku kesal dengan tindakannya menyerobot di antrian kasirku, malamnya dia membantuku saat lututku berdarah karena terjatuh dan membuatku terpana akan tatapan matanya yang hangat dan lembut menatapku, tapi sekarang aku tak habis pikir dengan apa yang dikatakannya barusan bahwa ia hanya merasa kasihan terhadapku dan membuatku seakan-akan seperti membutuhkan belas kasihan darinya.
     "Hei, kenapa kamu menangis, Lia?" kata seseorang mengagetkanku.
     "Tidak pak! Mata saya hanya kelilipan saja tadi", ucapku sambil mengusap-usap mataku"
     "Yang benar, kamu gak apa-apa?"
     "Benar kok pak"