"Iya, terima kasih pak"
     Aku kembali menuju lantai atas untuk mengganti bajuku dengan seragamku dan kembali menuju kasirku, karena masih pagi toko buku itu belum ramai pengunjung, aku masih memberes-bereskan meja kasirku. Tanpa sadar, ada seorang wanita yang telah meletakkan sebuah kamus di meja kasirku ketika aku membalikkan badanku.
     "Desi", kataku terkejut
     "Lia", katanya tidak kalah terkejut.
     "Ngapain kamu disini?"
     "Ya, kerjalah"
     "Emang, ayah kamu udah tak sanggup ngebiayain lagi apa sampai kamu harus kerja kayak begini?", katanya bertanya sekaligus heran dengan keadaanku sekarang.
     "Aku pergi dari rumah, des", kataku.
     "Kok bisa? Pantesan aku pernah main ke rumah kamu buat kabarin kalau aku diterima di Perguruan Negeri di Jakarta. Kata ibu tirimu, kamu udah lama pergi tak tahu kemana?"
     "Iya Des, aku tak suka lama-lama satu rumah sama ibu tiriku itu, tahu sendirikan aku makin hari dicuekin mulu sama ayah. Jadinya tak betah, yah aku pergi saja. Aku mohon jangan kasih tahu mereka yah kalau aku kerja disini"
     "Iya, kayaknya mereka sedih dan berusaha mencari kamu, Lia, apa kamu tak kasihan sama mereka?"