"Aku..... Aku", tak mampu berkata lagi lalu menangis.
 "Kenapa kamu menangis? Memangnya ada yang salah ya dengan kata-kataku barusan?"
 "Tidak, tidak ada yang salah, hanya saja aku merasa sedih jika mengingat kisah itu kembali"
"Memangnya kamu punya masalah tentang hal itu"
 "Iya, ibuku telah meninggal setahun yang lalu, tak lama setelah itu ayahku menikah lagi dengan seorang wanita yang sekarang telah menjadi ibu tiriku. Mulai saat itu, aku benci tinggal bersama mereka, ditambah lagi sekarang ibu tiriku itu telah hamil. Maka, semakin cueklah ayah terhadapku. Itu membuatku semakin muak bertahan lama-lama di rumah itu, akhirnya aku memilih pergi menjauh dari kehidupan mereka dan seperti sekarang. Ini aku, hanya seorang diri yang berusaha bertahan hidup tanpa mereka".
Aku pun kembali menangis mengingat kisah hidupku yang terasa perih untuk dijalani. tanpaku sadari aku telah bercerita kepada orang yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Ntah apa yang ada di pikiranku saat itu. Â Tiba-tiba Robert memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Maaf, aku tak bermaksud membuatmu sedih", katanya sambil mengusap air mataku dengan tangannya.
Aku terhenyak sebentar dengan sikapnya yang seperti itu dan tatapan matanya yang semakin lama semakin mendekat ke wajahku.
"Mata kamu bagus, Lia. Boleh tidak aku jatuh di dalamnya?" katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Apa yang mau kamu lakukan?", kataku tersadar menjauhkan diri kepadanya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukan apa-apa terhadapmu atau membuatmu takut. Aku hanya.....", katanya terhenti.