Analisis Nietzsche dapat membuat kita menjadi lebih kritis terhadap mutu moralitas kita sendiri. Gereja mendapat suatu ajaran yang sangat berharga sekali dalam menjalankan tugasnya.
Gereja harus mampu menumbuhkan iman orang Kristen akan keberadaan Allah yang sangat nyata di dalam dunia ini.
Gereja melakukan perubahan dogma dan metode pelayanan, dimana gereja harus hidup di dunia yang semakin canggih dan gereja juga harus bisa menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah menjadi prioritas utama dalam kehidupan tetapi kehidupan yang teratur di dalam Tuhan.
Dampak negatif,
Meskipun demikian, tidak dapat kita pungkiri hingga sekarang bahwa tugas itu adalah sangat berat dimana masih belum sanggupnya gereja menjalankan missinya. Terlihat nyata bahwa manusia masih condong menduakan Tuhan. Allah akan diingat apabila manusia itu dalam kesulitan.
Manusia menganggap bahwa Allah itu benar-benar tidak ada, oleh karena itu dalam kehidupan manusia harus berusaha seadaya upayanya sendiri untuk berkuasa. Dengan hal demikian sifat individualis menjadi konsep hidup yang harus terjadi.
Perbudakan dan penindasan-penindasan terhadap kaum-kaum lemah semakin merajalela yang dikarenakan tidak adanya pengaturan atau hukum moral dalam hidup, yang ada hanyalah menjadi manusia sempurna (manusia atas).
Banyaknya lahir aliran-aliran atau gerakan-gerakan baru mengenai konsep Tuhan.
Kesimpulan
Teologi “Tuhan mati” pada dasarnya merupakan cambuk kepada agama-agama yang ada di dunia pada umumnya dan Kekristenan pada khususnya. Teologi yang bertumbuh pada abad ke-19 ini diproklamasikan pertama kali oleh F.W. Nietzsche. Nietzsche memberikan suatu pandangan yang sangat tajam terhadap Kekristenan. Dia sangat membenci Kekristenan oleh karena agama Kristen merupakan penghambat pertumbuhan manusia menjadi manusia yang super. Perkataan “Tuhan mati” dimaksudkan bahwa Allah tidak lagi hidup sebagai objek yang realita sebagaimana sebelumnya. Kematiannya merupakan peristiwa budaya sebagaimana yang kita sadari.
Agama Kristen harus menyikapi teologi ini secara kritis, dimana teologi ini merupakan batu loncatan kepada gereja dan setiap orang Kristen dalam menumbuhkan iman dan pemahamannya akan hakekat dan keberadaan Tuhan. Gereja harus membaharui dirinya untuk tidak lagi berpandangan tradisional tentang Allah. Setiap orang Kristen harus mengimani dan menjadikan suatu jawaban atas teologi ini, yaitu oleh karena Yesus Kristus maka Allah dinyatakan kepada manusia (Yoh. 14:9).