Tuhan Allah tidak berubah
Tuhan Allah tidak berubah atau tetap sama bukan berarti bahwa Ia tidak bergerak, seperti gunung atau batu yang mati. Tuhan Allah tidak berubah atau tetap sama justru di dalam Firman dan karya-Nya, supaya menjadi sekutu umat-Nya. Hakekat Tuhan Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah itu berulangkali dapat disebut keteguhan-Nya atau bahwa Tuhan Allah dapat dipercaya.
Tuhan Allah adalah Esa
Menurut Alkitab, percaya bahwa hanya ada satu Allah memang baik sekali. Akan tetapi jika hanya berhenti disitu saja, jauh belum mencukupi. Pengakuan bahwa Tuhan Allah adalah satu atau esa membawa konsekuensi.
Menurut William Hamilton, zaman “Tuhan mati” yaitu suatu zaman yang orang-orangnya menganggap bahwa Tuhan telah mengundurkan diri dari dunia ini, bahwa Tuhan tidak hadir lagi di dalam dunia ini. Hal ini terjadi oleh karena pengharapan manusia akan bantuan Tuhan nyata dalam hidupnya tidak pernah tampak, sehingga permintaan tolong yang berkali-kali tidak terwujudkan menimbulkan suatu argumen atau pun pemikiran apakah Tuhan telah mengundurkan diri dari dunia ini dan orang-orang milik-Nya. Tuhan tetap ada. Tuhan itu sekarang adalah Tuhan yang gambarannya semakin sukar untuk dipahami.
Kita harus bergerak menuju ke pusat kepercayaan Kristiani, Yesus Kristus, jika kita di tengah-tengah zaman Tuhan mati ini ingin mengatasi goncangan iman kita.Dalam menghadapi konsep Allah pada zaman kematian Tuhan, kita harus mengambil keputusan bahwa Yesus adalah Tuhan. Di mana ‘Ketuhanan di dalam Yesus bukanlah pengunduran diri Allah dari dunia melainkan kesediaan sepenuhnya dari Allah untuk berada di dunia dan memperkenankan dunia memiliki jalannya sendiri.
Thomas J.J. Altizer, mengatakan bahwa bukan sejarah atau paling sedikit bukan realitas sejarah yang sedang hidup dan sejarah di masa depan yang harus diubah oleh kepercayaan Kristiani, melainkan agama Kristen itu sendiri. Agama itu harus dapat mempertahankan arah dan bentuk yang khas. Agama Kristen yang sejati harus mau bergerak maju, menerobos sejarah dan pengalaman, menuju tujuan eskatologis. God annihilates himself as an objective deity, yet we may hope that through our faithful ‘waiting’ he may emerge again in epiphanies of a new kind of spiritual life. Orang Kristen harus tahu bahwa Kristus hidup dan secara langsung hadir di depannya. Inilah konsekuensi dari gerak maju yang terus-menerus dan penyangkalan diri dari proses ilahi. Orang Kristen harus berani bersikap radikal dan mengatakan bahwa Tuhan telah mati. Sebab dengan demikian membebaskannya dari gambaran tentang Kristus yang tanpa hidup dan yang asing.
Implikasi etis teologi “Tuhan Mati” dalam pertumbuhan Kekristenan
Pandangan teologi “Tuhan Mati” dari Neitzsche ini banyak memberikan suatu dampak yang sangat besar bagi Kekristenan pada khususnya dan manusia keseluruhan pada umumnya. Dampak yang diberikan pun ada dua macam, yakni dampak yang positif dan dampak negatif.
Dampak positif,
Terutama para pemikir eksistensial dan eksistensialis, seperti Heidegger, Jaspers, Sartre dan Camus, sangat menjunjung tinggi Nietzsche. Bagi mereka, Nietzsche mendobrak klise-klise budaya borjuis abad ke-19, menempatkan kembali manusia yang asli ke pusat perhatian serta meramalkan kedatangan nihilisme. Nietzsche memberikan suatu jasa dimana ia membuka ambivalensi yang inheren dalam moralitas, bahwa budaya hati lebih daripada kemampuan untuk mengambil sikap-sikap tata krama tepat dalam setiap situasi, bahwa manusia hendaknya berani menjadi inti otentik, berani menjadi diri sangatlah penting dan menjadi inti utama dalam etika Eksistensialisme.