3.2 Pandangan dan Respon Kekristen
Pada saat Torah itu mencapai bentuknya yang tetap, keunikan Allah telah ditekankan sama bobotnya dengan kesatuan dan ketuhanan-Nya. Tidak seperti ilah-ilah dari pantheon Timur Tengah, Allah tak memiliki ayah ataupun ibu. Ia tidak berasal dari siapa pun dan secara eksplisit diproklamasikan sebagai kekal. Dia esa dan kemuliaan-Nya unik (bnd. Ul. 6:4).
Dalam Alkitab dan teologi Kristen, iman tidak pernah berarti hanya pengiaan intelektual, tetapi juga percaya, komitmen, dan keyakinan. Iman mencakup komitmen hati dan kehendak, dan juga pikiran. Keberadaan Allah yang kudus dan misterius itu membuat Allah menjadi sedemikian berbeda dari ciptaan-Nya sehingga mustahil mendasarkan pengiaan kepada Allah pada pengetahuan; pengiaan seperti itu dapat didasarkan hanya pada suatu keputusan. “Ketika iman memutuskan untuk melakukan hal ini, keragu-raguan dikalahkan; seketika itu juga ketidakpedulian dihilangkan dan keseimbangannya dirobohkan, bukan oleh pengetahuan, melainkan oleh kehendak.”
Untuk melihat bukti tentang adanya Tuhan Allah, iman Kristen membuktikan bukti-bukti tentang adanya Allah dalam empat bukti penting, yaitu:
Bukti ontologis
Bukti ini ingin membuktikan bahwa Tuhan Allah ada, dengan menunjukkan kepada adanya pengertian tentang Tuhan. Bukti keberadaan Tuhan telah dipakai oleh Plato yang kemudian dipergunakan oleh tokoh-tokoh Kristen. Plato mengemukakan dalil yang demikian: Oleh karena di dalam pikiran manusia terdapat idea atau cita yang sifatnya umum, maka haruslah diambil kesimpulan, bahwa ada “akal yang mutlak”, yang merangkumkan segala idea atau cita. Idea yang merangkumkan segala idea ini adalah “yang benar” dan “yang indah” secara mutlak. Idea yang demikian itu adalah Tuhan.
Sesuatu yang di atasnya tidak dapat dipikirkan yang lebih tinggi, tentu tidak hanya berada di dalam pikiran, melainkan juga di dalam kenyataan, bukan hanya berada di dalam akal, melainkan juga di dalam kenyataan. Demikianlah Tuhan bukan hanya berada di dalam pikiran orang, melainkan juga berada di dalam kenyataan.
Bukti kosmologis atau kuasalitas
Jika disingkat, bukti kosmologis ini dapat dirumuskan demikian: Segala yang ada memiliki suatu sebab (dunia ada, jadi dunia atau kosmos memiliki suatu sebab, yaitu Tuhan). Thomas Aquinas mengemukakan, bahwa adanya rentetan sebab-musabab menunjukkan kepada adanya sebab pertama, yaitu Tuhan. Jika orang masih meneruskan uraiannya kepada Allah, sebagai sebab pertama, ia meloncat kepada keyakinannya sendiri, yang memang telah menjadi prasangkanya.
Bukti teleologis (telos = tujuan)
Oleh karena di dalam seluruh kosmos ada suatu tata-tertib, suatu harmoni, suatu keselarasan dan suatu tujuan, maka harus ada suatu zat yang sadar, yang menentukan tujuan itu terlebih dahulu.