Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 64. Pertempuran Segitiga

27 Januari 2025   19:19 Diperbarui: 27 Januari 2025   19:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lebih baik kalian menyerah. Sia-sia saja kalian melawan. Kalian semua pasti tumpas." Kata seseorang dari gerombolan yang datang dari timur.

Pemimpin pengawal masih diam, tak memberi reaksi apa-apa. Ia menunggu gerombolan itu semakin dekat, agar bisa dijangkau anak-anak panah para pengawal.

Ketika para anggota gerombolan berbondong-bondong mendekat, dan tinggal beberapa ratus depa jaraknya dari para pengawal, dengan berteriak keras pemimpin pengawal meneriakkan perintah.

"Serang !!!!" 

Dua kelompok  pengawal muncul dari balik pedati. Satu kelompok menyerang gerombolan dari timur, sekelompok lagi menyerang gerombolan yang datang dari barat.

Anak-anak panah berujung logam yang runcing dan tajam itu  terbang dengan cepatnya susul menyusul. Sebentar saja terdengar jerit kesakitan dari dua gerombolan yang hendak mengganggu rombongan itu.

Beberapa orang jatuh bersimbah darah. Dada, kepala, leher dan perut mereka tertembus oleh anak panah. Hanya mereka yang sigap menolak anak-anak panah itu yang selamat dari maut.

"Syetan kalian. Tak ada ampun bagi kalian, semua akan kami bantai." Teriak pemimpin gerombolan dari barat. "Serang !!!" Lanjutnya.

Para pengawal melempar busurnya, dengan cepat tangan mereka mencabut pedang. Tak kalah kerasnya mereka bersorak menyambut datangnya musuh.

Sebentar saja terdengar denting senjata yang beradu dengan kerasnya. Bunga-bunga api berloncatan saat logam-logam senjata itu saling beradu. Dibarengi suara sorakan, makian dan umpatan kian menambah riuh pertempuran itu.

Pemimpin pengawal masih diam berdiri bersama lima orang pengiringnya. Nampaknya ia bingung menjatuhkan pilihan, pimpinan gerombolan mana yang lebih dahulu dilawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun