Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 55. Tetirah ke Candi Jalatunda

17 Oktober 2024   01:39 Diperbarui: 17 Oktober 2024   15:05 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa dikomando prajurit-prajurit pilihan itu segera meluncurkan anak-anak panah. Dengan cepat mereka bekerja untuk bisa membunuh kuda-kuda dikandang itu sebanyak-banyaknya. 

Namun mereka tak bisa membunuh kuda-kuda itu dengan anak panah sekali tembak mati dengan cepat. Para binatang itu melonjak kaget dan berteriak-teriak dengan caranya, ketika merasa kesakitan kena panah. Puluhan kuda yang gaduh itu mengundang beberapa prajurit anggota pasukan Bala Putra raja untuk mendekatinya.

Alangkah terkejut para prajurit Bala Putra Raja mengetahui kuda-kuda mereka banyak yang sekarat. Bahkan ada yang sudah jatuh dan kejang-kejang. Prajurit-prajurit itu baru sadar akan datangnya bahaya setelah beberapa temannya jadi sasaran anak panah pula.

Segera mereka bersembunyi mencari perlindungan. Beberapa prajurit berhasil lolos dan lari menuju barak pimpinan. Dengan tanpa sadar mereka menggedor-gedor pintu kamar Jalak Seta, perwira prajurit yang diserahi keamanan istana selama pangeran pergi tetirah.

Setelah mendapatkan laporan adanya upaya orang-orang tak dikenal menyatroni kuda-kuda mereka, segera Jalak Seta memerintahkan prajurit di barak berkumpul. Diperintahkannya mereka membawa tameng dan peralatan bertempur lainnya. Juga berpesan kemungkinan datangnya serangan anak panah dari musuh tak dikenal.

Dipandu oleh cahaya yang tampak dari kejauhan, dari obor-obor penerang kandang kuda, prajurit-prajurit Bala Putra Raja bergerak dengan berpencar. Dengan setengah berlari sambil berlindung tameng-tameng mereka, langkahnya menuju kandang kuda itu.

Para penjaga yang tahu bantuan datang dari barak-barak prajurit, segera memberi isyarat dimana musuh mereka bersembunyi. Dengan tudingan tangan mereka menunjuk datangnya serangan anak panah beracun dari beberapa orang musuh.

Sambil terus merunduk mereka mendekati musuh yang masih meluncurkan anak panah. Mereka harus berhati-hati sekali jangan ada bagian tubuh mereka terbuka, yang bisa jadi incaran panah lawan. Situasi penuh ketegangan itu berlangsung cukup lama. Namun ketika jarak mereka telah dekat, tinggal belasan tombak, para penyerang itu bergegas melarikan diri dengan cepatnya.

Sejenak para prajurit Bala Putra Raja mengejar. Namun upaya mereka menangkap para pembunuh kuda itu tak berhasil. Meski hari menjelang pagi, telah banyak terdengar ayam berkokok dari sana-sini, namun langit masih terselimuti kegelapan.

(Bersambung) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun