"Bukankah Brongot Setan Kober itu milik Kanjeng Adipati Jipang Baginda ? Kabarnya keris itu pemberian yang mulia Sunan Kudus." Tanya Sutawijaya.
"Benar Jebeng. Keris keramat yang dibikin Empu Supa Mandragi dari tuban itu semula milik Sunan Kudus. Kini telah diberikan kepada Adinda Arya Penangsang. Dengan keris itulah utusan itu berulangkali menusuk dadaku. Namun sayang, tenaganya tak cukup kuat menembus Lembu Sekilan yang membentengi tubuhku. Bahkan hanya dengan kibasan selimut, yang aku lambari Aji Lebur Seketi, keduanya terlempar dan melayang menabrak dinding bilikku." Kata Sultan.
" Dengan demikian keduanya telah berniat membunuh baginda. Tidakkah layah jika mereka digantung atau dipicis di sini Baginda. " kata Ki Penjawi.
"Jangan Kakang Penjawi. Bumi Pajang jangan dikotori darah utusan. Tanah ini akan menjadi sangar kehilangan keberkahannya." Kata Sultan.
"Lantas hukuman apa yang harus kita jatuhkan kepada mereka Ayahanda ?" Tanya Pangeran Benawa.
"Lepaskan saja mereka, agar kembali ke Jipang. Kebetulan aku sudah rindu ingin bertemu dengan Adinda Penangsang. Mereka bisa menjadi carakaku untuk mengantar surat undangan bertemu dengan adimas Adipati Jipang"
Semua yang hadir di paseban merasa heran dengan keputusan Baginda. Namun tak seorangpun berani membantah atas keputusan itu. Sabda pandita ratu, sekali terucap menjadi keputusan mutlak yang tak dapat diganggu gugat.
Esok harinya dua orang itu dilepas di regol istana kerajaan Pajang oleh Pangeran Benawa di dampingi oleh beberapa prajurit pengawal istana. Dibekali dua kampil sutra berisi beberapa keping emas sebagai pesangon. Keduanya terharu hingga meneteskan air mata, nyawa mereka tidak jadi melayang saat itu.
********
Seminggu kemudian tersiar kabar di tengah masyarakat Pajang, bahwa di Jipang telah terjadi peristiwa yang mengerikan.
Dua orang anggota pasukan soreng telah dibunuh oleh Adipati Arya Penangsang. Nyawa dua prajurit itu melayang diujung Keris Brongot Setan Kober di balai paseban kadipaten Jipang.