Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keris Brongot Setan Kober

28 September 2024   15:05 Diperbarui: 28 September 2024   16:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dok sindo news

"Bukankah kau anak lelakiku satu-satunya ? Kaupun lahir dari rahim permaisuri. Semua saudaramu wanita. Tidakkah itu cukup syarat sebagai Ywa Raja ?" Tanya Baginda dengan nada heran.

"Jika itu satu-satunya syarat untuk kelak menggantikan baginda, barangkali benar. Namun bukankah tetesan darah bukan satu-satunya syarat ayahanda. Banyak bekal lain yang harus dimiliki seorang Ywa Raja ?" Jawab Pangeran Benawa.

"Bekal lain bisa dipenuhi sambil berjalan Benawa." Kata Baginda Hadiwijaya.

"Itulah yang hamba tidak sanggup. Hamba tidak suka belajar ilmu tata praja. Hamba lebih senang belajar ilmu agama. Hamba akan memilih sebagai kawula saja baginda, agar hamba bebas belajar ilmu itu di pondok-pondok yang ada di negeri ini." Jawab Pangeran Benawa.

Baginda Sultan Hadiwijaya menarik nafas panjang. Ia memahami luka hati anaknya. Sebagai raja ia memang kurang pantas diteladani oleh pemuda di depannya itu. Perhatiannya sangat kecil terhadap ketataprajaan dan tata pemerintahan. 

Waktunya habis dalam perannya sebagai lelaki, ketimbang sebagai raja, yang terlalu banyak membagi cinta di antara ibu pangeran Benawa dengan wanita-wanita lain. Entah berapa wanita cantik telah menghuni harem di istana Pajang, sekedar untuk memenuhi kesenangannya.

"Jika hamba diperkenankan usul kepada Ayanda, mohon pilih Kakang Sutawijaya sebagai Ywa Raja kerajaan Pajang." Kata Pangeran Benawa sambil menyembah.

"Kenapa Sutawijaya ? Dia hanya anak angkatku, bukan putraku sendiri. Pengangkatannya sebagai Ywa Raja akan menimbulkan perselisihan pendapat di antara nara praja, selanjutnya akan menimbulkan perseteruan di antara kawula." Kata Sultan Hadiwijaya.

"Kakanda Sutawijaya akan mampu memecahkan persoalan itu ayahanda. Dia sangat dicintai kawula, meski banyak punggawa iri atas kedekatannya dengan ayahanda." Kata Benawa.

"Baiklah, aku terima usulmu. Namun pertimbangkan lagi niatmu. Jangan kau menyesal di kemudian hari." Kata Baginda.

"Hamba Baginda." Kata Pangeran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun