Soreng Pati dengan cepat melompat ke ranjang, sambil jongkok di samping Sultan Hadiwijaya ia gerakkan kerisnya untuk menusuk dada sasarannya dengan mengerahkan tenaga sekuat-kuatnya.
"Mati kau Karebet !!!" Teriaknya.
Betapa kaget lelaki dari Jipang itu, ujung keris Brongot Setan Kober tak mempan melubangi dada Sultan. Dengan kalap Soreng Pati menggerak-gerakkan kerisnya, namun tetap saja pusaka keramat itu tak mampu menembus dada musuhnya.
Soreng Rana yang tahu temannya gagal menggunakan kerisnya, iapun melompat dan membacokkan pedang kearah paha sultan. Namun paha itu terasa kenyal tak dapat dilukai oleh pedang. Dengan panik pula Soreng Rana mengulang-ulang gerakannya, namun tetap saja pedang tajam itu tak mampu membelah kulit sultan.
Tiba-tiba Sultan Hadiwijaya menggerakkan selimutnya, dengan gerakan menyentak selimut itu menghantam dua tubuh di sampingnya. Soreng Pati dan Soreng Rana tak dapat menghindar, sabetan selimut sultan seperti penggada yang digerakkan raksasa bertenaga sangat besar.
Dua orang itu terlempar dari sisi baginda, kedua tubuhnya melayang di udara sebentar dan membentur dinding kayu bilik peraduan raja.
"Aaahhh...braggg braaggg." Suara gaduh terdengar di bilik itu.
Ketika dua orang itu tertatih-tatih hendak berdiri, sebuah tendangan beruntun menghantam dada dan perutnya. Kembali keduanya terpental menghantam dinding. Kemudian jatuh terkulai di lantai bilik raja.
Pangeran Benawa berkacak pinggang berdiri di dekat dua orang Jipang itu. Kemarahannya belum reda, namun lawannya sudah terkulai pingsan. Ia seret dua lelaki itu, dan mengikatnya menjadi satu di tiang bilik peraduan sultan, dengan tali serat Aren.
Sultan Hadiwijaya menggerakkan tangannya agar Pangeran Benawa meninggalkan biliknya. Beliau sendiri lantas merebahkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu.
*******