Namun Sultan Hadiwijaya adalah tokoh sakti pula. Sejak masa mudanya ia telah mengembara di banyak tempat, berguru kepada banyak tokoh linuwih, dan mengadu imu dengan banyak pendekar. Gerakan Pangeran Benawa yang sangat pelan dan hati-hati itupun telah diketahuinya.
Ketika Pangeran Benawa memandang Sultan, nampak Baginda meletakkan jari telunjuk tangan kirinya di depan mulut. Isyarat agar pangeran tidak membuat gaduh di biliknya. Sementara jari telunjuk tangan kanannya menuding ke atas atap, berarti sultan sudah tahu ada orang di sana. Pangeran Benawa menganggukkan kepala.
Saat sultan menunjuk korden penutup cendela Pangeran Benawapun tanggap, ia bergegas melangkah dan menutup tubuhnya dengan kain penutup cendela itu. Ia harus tak nampak saat dua orang itu masuk ke bilik raja.
Sultan tersenyum melihat pangeran Benawa yang nampak sebagian raut mukanya saja dibalik dua kain panjang yang ia telangkupkan untuk menyembunyikan diri itu. Setelah mengacungkan ibu jarinya, baginda lantas merebahkan badannya, dan menutup sebagian tubuhnya dengan selimut tebal. Beliau pura-pura tidur dengan pulasnya.
******
Sebentar saja atap sirap itu jebol. Air hujan tumpah masuk ke bilik peraduan raja. Kemudian di susul seseorang berusaha turun lewat lubang atap itu, bergantung sebentar kemudian meluncur kebawah dengan ringannya. Disusul seorang lagi meluncur ke bawah, dengan sebilah pedang tergenggam di tangannya.
"Ternyata Jaka Tingkir itu bukan pendekar hebat. Sirepku bisa membikin pulas tidurnya." Kata Soreng Pati sambil tersenyum.
"Cepat kakang segera habisi. Agar kita leluasa menggeledah isi bilik ini. Sebelum sirepmu pudar." Kata Soreng Rana.
"Sirepku hilang jika aku telah meninggalkan tempat ini. Jangan kawatir." Kata Soreng Pati sambil melepas keris dari warangkanya.
"Dengan kyai Brongot Setan Kober ini akan aku ambil nyawamu, Karebet. Esok hari kau bukan lagi raja Pajang, tapi mayat yang akan ditangisi keluargamu, dan seluruh wanita penghuni haremmu." Bisik Soreng Pati.
Sambil berjingkat Soreng Pati berjalan menghampiri peraduan Baginda Sultan Hadiwijaya. Tangan kanannya diangkat tinggi, ujung keris Brongot Setan Kober dalam genggaman tangannya  siap menghujam ke dada Sultan Hadiwijaya. Raja Pajang nampak tenang, tak terusik sama sekali tidurnya.