Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 53. Wibawa Senopati Narotama

24 September 2024   22:53 Diperbarui: 24 September 2024   23:31 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalian bertiga telah melakukan kesalahan yang besar, telah berani berusaha mencelakai calon senopati kepercayaan Adinda Pangeran Erlangga. Untunglah ilmu kalian masih dangkal, meski kalian memiliki Aji Alas Kobar. Ajian sesat kalian tak akan mampu mengungguli aji pemuda itu, Tapak Naga Angkasa."

"Kami belum kalah tuan." Kata Soma Gedeg.

"Itu karena kalian mengeroyoknya. Apalagi ia tak berniat membunuh kalian bertiga, hanya karena tahu Dyah Tumambong salah satu abdi di Giriwana. Jika dia tak mempertimbangkan itu, tubuh kalian akan hancur berkeping-keping karena cambuknya." Kata Senopati Narotama.

"Saya tidak percaya tuan. Meski cambuknya berulang kali mengenai tubuh kami, terbukti kami tidak mengalami cedera." Kata Aki Tangkis Baya.

"Kalian berani bertaruh ? Bahwa dia mampu mengalahkan kalian. Jika berani aku jadi saksi kalian mengadu ilmu puncak kalian. Berapa kalian diupah oleh Dyah Tumambong ? Jawab !!!"

"Tiga puluh keping emas tuan, jika kami mampu membunuh Sembada dan merebut gadisnya." Jawab Soma Gedeg Spontan.

"Besar juga harga nyawa pemuda itu. Dari mana kau peroleh uang sebesar itu Tumambong ?" Tanya senopati Narotama.

Dyah Tumambong tidak berani menjawab. Kepalanya semakin menunduk ke bawah. Senopati Narotama menunggu jawabannya sesaat, namun satu katapun tak keluar dari mulutnya.

"Jika demikian baiklah. Tiga puluh keping emas jadi taruhan kalian mengadu ilmu. Tapi caranya aku yang menentukan. Kalian aku tunggu di dekat pohon beringin itu, siapa yang mampu menghancurkan dua batu hitam di dekat pohon itu dialah yang menang." Kata Senopati Narotama. Priyagung istana Giriwana itu lantas membalikkan badan dan berjalan meninggalkan tiga orang itu.

Senopati Manggala, Sembada dan Sekar Arum mengikutinya di belakang. Mereka berjalan dalam diam tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka.

Baru setelah sampai di bawah beringin contong itu Senopati Manggala tak mampu menahan hatinya untuk bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun