"Kau tidak apa-apa Sembada ?" Tanya senopati Narotama.
"Tidak Tuan. Hanya masih sedikit berdenging." Jawab Sembada.
Senopati Narotama mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. Ia lantas melanjutkan langkah menghampiri tiga lelaki yang mengeroyok Sembada. Terlihat mereka masih berjongkok sambil menutup telinga mereka dengan tangan. Ketika tahu ada orang menghampiri, mereka mencoba untuk berdiri, namun segera saja sempoyongan seperti tengah kehilangan keseimbangan.
"Bisakah kau mendengar suaraku Dyah Tumambong ?" Tanya Senopati Narotama.
"Saya mendengarnya senopati, tapi lirih sekali." Jawab Dyah Tumambong.
"Syukurlah. Jika aku gunakan seluruh kekuatan untuk melontarkan Aji Guntur Sewuku, tidak hanya gendang telingamu yang pecah. Tapi jantungmu akan berhenti berdetak." Kata Senopati Narotama.
"Apa maksudmu menghadang Sembada, dan mengeroyoknya bersama saudara seperguruanmu ?"
"Kami hanya ingin mengadu ilmu saja tuan." Jawab Dyah Tumambong.
"Benarkah, hanya ingin mengadu ilmu ? Tidak menginginkan hal yang lain ?" Tanya senopati Narotama lagi.
"Benar tuan, hanya ingin mengadu ilmu saja."Â
"Ternyata kau pembohong Dyah Tumambong. Aku kecewa Adinda Pangeran mengangkatmu jadi punggawa dalam istana. Ternyata kau jenis orang yang tak dapat dipercaya."