Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 53. Wibawa Senopati Narotama

24 September 2024   22:53 Diperbarui: 24 September 2024   23:31 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Sekar Arum memandangi Sembada dengan kesal. Namun ia tak mampu menggerakkan tubuhnya. Bicarapun ia tak bisa.

"Aku lepaskan totokanku, jika kau tak mencampuriku lagi." Katanya lagi. Gadis itu akhirnya mengangguk.

Sembadapun menggerakkan tangannya, dengan jari telunjuk ia melepas totokannya dengan menyentuh punggung gadis itu. Sekar Arumpun lantas bisa bergerak lagi.

"Kenapa kau larang aku membantumu." Kata gadis itu menyentak.

"Ssst...kau sudah berjanji. Tonton saja sampai akhir. Panas api mereka tak ada artinya bagiku."

Sembada lantas berbalik meninggalkannya. Pedang Sekar Arum entah di mana kini berada. Mungkin jatuh di arena pertempuran. Meski kesal ia terpaksa menurut kata Sembada.

Sembada mempercepat langkahnya untuk kembali ke arena. Namun tiga orang lawannya tengah berlari kearahnya. Sembada agak cemas terhadap keselamatan Sekar Arum. Ia urai cambuknya lagi dan menggerakkannya dengan sentakkan mengejut. Seleret cahaya putih kebiruan meluncur dari ujung cambuk itu, dan menghantam tanah beberapa tombak di depan musuhnya.

"Blaaaarrr" sebuah ledakan keras terdengar.

Ketiga lawannya tak mengira sebuah serangan dahsyat mengarah kepada mereka. Tanah yang dihantam cahaya itu meledak, dan memuncratkan butiran-butiran halus dan panas menghantam mereka. Meski mereka secara spontan menghindari tanah yang memuncrat itu, namun tak seluruhnya berhasil. Tubuh mereka terterjang puncratan tanah dengan hebatnya. Mereka terpental dan jatuh bergulingan.

"Setan alas. Benar-benar anak iblis." Maki Dyah Tumambong.

Sembada melompat untuk mendekat. Ia berdiri tegak untuk menanti lawan-lawannya bangkit kembali berdiri. Kedua tangannya menggenggam pangkal dan ujung cambuknya. Getaran hawa sakti Aji Tapak Naga Angkasa telah dipersiapkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun