Sekar Arum memandangi Sembada dengan kesal. Namun ia tak mampu menggerakkan tubuhnya. Bicarapun ia tak bisa.
"Aku lepaskan totokanku, jika kau tak mencampuriku lagi." Katanya lagi. Gadis itu akhirnya mengangguk.
Sembadapun menggerakkan tangannya, dengan jari telunjuk ia melepas totokannya dengan menyentuh punggung gadis itu. Sekar Arumpun lantas bisa bergerak lagi.
"Kenapa kau larang aku membantumu." Kata gadis itu menyentak.
"Ssst...kau sudah berjanji. Tonton saja sampai akhir. Panas api mereka tak ada artinya bagiku."
Sembada lantas berbalik meninggalkannya. Pedang Sekar Arum entah di mana kini berada. Mungkin jatuh di arena pertempuran. Meski kesal ia terpaksa menurut kata Sembada.
Sembada mempercepat langkahnya untuk kembali ke arena. Namun tiga orang lawannya tengah berlari kearahnya. Sembada agak cemas terhadap keselamatan Sekar Arum. Ia urai cambuknya lagi dan menggerakkannya dengan sentakkan mengejut. Seleret cahaya putih kebiruan meluncur dari ujung cambuk itu, dan menghantam tanah beberapa tombak di depan musuhnya.
"Blaaaarrr" sebuah ledakan keras terdengar.
Ketiga lawannya tak mengira sebuah serangan dahsyat mengarah kepada mereka. Tanah yang dihantam cahaya itu meledak, dan memuncratkan butiran-butiran halus dan panas menghantam mereka. Meski mereka secara spontan menghindari tanah yang memuncrat itu, namun tak seluruhnya berhasil. Tubuh mereka terterjang puncratan tanah dengan hebatnya. Mereka terpental dan jatuh bergulingan.
"Setan alas. Benar-benar anak iblis." Maki Dyah Tumambong.
Sembada melompat untuk mendekat. Ia berdiri tegak untuk menanti lawan-lawannya bangkit kembali berdiri. Kedua tangannya menggenggam pangkal dan ujung cambuknya. Getaran hawa sakti Aji Tapak Naga Angkasa telah dipersiapkannya.