"Kau pantas menyandang sepasang pedang itu Sekar. Tentu kau telah menyaksikan tempat-tempat jauh saat mengembara bersama gurumu."
"Benar Gusti, hampir pulau Jawa ini telah kami jelajahi, tanah pasundan di barat sana, dan bumi banyuwangi di timur."
"Aku iri denganmu, bebas seperti burung, terbang kemana kau suka."
"Kita punya garis nasib sendiri-sendiri Gusti Ayu, saat tertentu akupun merasa jenuh berkelana, dan berangan-angan bisa hidup tenang dalam sebuah keluarga. Seperti Gusti Ayu sekarang ini, punya suami yang dicintai dan seorang anak yang disayang."
"Hahaha ternyata kita saling iri kehidupan orang lain. Perasaan yang sebenarnya hanya selintas saja."
"Benar Gusti Ayu, kita nikmati saja hidup kita sekarang, agar bisa lebih bahagia."
Sekar Arum sampai siang di taman sari keputren istana Giriwana. Iapun sempat bermain-main dengan Kilisuci, putri sulung Pangeran Erlangga. Gadis itu sangat cerdas, ia sempat minta diajari beberapa jurus ilmu kanuragan.
"Kau pingin jadi penari apa pendekar, Suci ?" Tanya ibunya, Gusti Ayu Galuh Sekar.
"Kedua-duanya bunda. Aku ingin jadi penari yang memiliki ilmu kanuragan, seperti Bibi Sekar Arum." Kata Kilisuci.
"Tapi bibimu tidak bisa tinggal terus di istana ini, ia mendapat tugas yang berat dari ayahandamu." Kata ibunya.
"Benarkah bibi ? " tanya Kilisuci agak kecewa.