Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 52. Pertempuran di Jungabang

18 September 2024   14:17 Diperbarui: 18 September 2024   16:07 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cambuk Nagageni. Jika yang menggunakan senjata itu gurumu, Ki Kidang Gumelar, aku akan berpikir panjang untuk menghadang. Namun karena kau pemuda bau kencur yang membawanya, semenir hatiku tak kawatir." Kata lelaki yang paling tua.

Sembada tersenyum. Tiba-tiba ia menghentakkan cambuknya, dengan sabetan sendal pancing. Terdengarlah bunyi ledakan yang sangat dahsyat. "Blaaar". Dua orang pemuda yang menghadapi Sekar Arum terkejut. Telinganya berdengung seperti baru mendengar guntur yang dahsyat meledak di langit.

"Syetan..." keduanya berucap hampir bersamaan.

"Hahahaha..... jangan jumawa anak muda. Lebih baik kau menggembalakan kambing daripada jadi senopati. Ilmumu masih terlalu dangkal. Tak sedalam tapak itik di rawa-rawa. Suara lecutan cambukmu tak menggetarkan jantungku." Kata lelaki tertua bersenjata penggada berduri itu.

"Siapakah kalian ? Apa hubungan kalian dengan Dyah Tumambong ?" Tanya Sembada.

"Bukan sanak bukan kadang, tapi kalau mukti kami ikut merasakan. Hahaha...kami orang-orang Bhairawa Tantra, tidak rela ada kekuatan di luar kelompok kami di daerah selatan." Kata lelaki tua satunya lagi.

"Kelompok penganut Bhairawa Tantra ?" Kata Sembada.

"Iya. Namaku Aki Tangkis Baya, dari Lhodoyong. Abdi terpercaya Baginda Mahadewi Panida, ratu kami di Lhodoyong, Tulung Agung. Ini temanku Sumo Gedeg sahabat baik Dyah Tumambong. Kami diminta untuk menangkapmu, nanti Dyah Tumambong sendiri yang akan membunuhmu." 

"Aku bukan cacing yang gampang kalian injak. " jawab Sembada.

Aki Tangkis Baya dan Soma Gedeg segera mengepung Sembada dari dua arah. Sepasang penggada berduri di tangan mereka telah berputar. Suaranya berdengung-dengung menyakitkan telinga.

Ketika lelaki tua dari Lhodoyong itu melompat dan memukulkan penggadanya dengan cepat dan keras, Sembada menggeser kaki kirinya dan mencondongkan badannya. Tapi tiba-tiba lelaki itu menggerakkan senjata di tangan kirinya mendatar kesamping. Sembadapun melompat dengan ringannya menjauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun