Sembadapun menyaksikan peristiwa mengharukan itu. Ia hanya terpaku melihat tiga wanita berangkulan. Selanjutnya Nyai Gajah Alit berjongkok dan merangkul kaki suaminya.
"Bunda, ingatkah bunda dengan Sembada. Anak dayang pamomongku di katumenggungan ?" Kata Sekar Arum.
"Tentu aku ingat. Tapi sejak sebelum perang anak itu telah diungsikan." Jawab Nyai Gajah Alit.
"Yah. Tapi sekarang ia di sini. Jadi anak angkat Mbok Darmi. Itulah orangnya Bunda." Kata Sekar Arum.
Wanita tua itu memandang seorang pemuda yang gagah dan tampan. Ia lantas menganggukkan kepalanya. Sembadapun mengangguk pula. Ia lantas melangkahkan kakinya mendekati wanita tua itu.
"Sungkem saya untuk Nyai." Katanya sambil melakukan sembah grana.
Wanita tua itu mendekat dan memegang pundak Sembada. Sambil tersenyum ia berkata.
"Kau sekarang tumbuh jadi pemuda yang gagah dan tampan." Mendengar pujian Nyai Gajah Alit Sembada hanya bisa menundukkan kepala.
Semua terharu menyaksikan pertemuan anggota keluarga yang sempat terpecah belah karena perang itu. Namun merekapun bersyukur, keluarga Ki Ageng Gajah Alit masih utuh. Banyak keluarga lain yang ditinggal keluarganya, sebagaimana Mbok Srikanthi, yang harus rela hidup sebatang kara karena suami dan anaknya ikut menjadi korban.
"Perang, membuat kawula hidup sengsara." Bisik Sembada. Pemuda itupun hingga kini belum tahu kabar tentang ibunya.
*******