Peristiwa ini mengingatkan dia saat pertama kali bertemu Bonge Kalungkung, pendekar pincang dari lereng Semeru. Pendekar pincang itu juga ingin membunuh dirinya bersama kedua kawannya, Sekar Arum dan Branjangan, yang kepergok pendekar itu saat mengamati padepokan Singa Lodhaya.
Dengan tawanya Bonge Kalungkung melontarkan ilmunya. Ia dan Sekar Arum tidak merasakan apa-apa, mereka terlindungi Aji yang mereka miliki. Namun Branjangan, pemimpin prajurit sandi utusan senopati Narotama itu, merintih-rintih kesakitan. Kedua tangannya menekam dada, tubuhnyapun bergetaran, persis seperti perilaku para prajurit dan pengawal itu.
Namun saat itu mereka tertolong oleh tersebarnya udara wangi yang memiliki daya tolak terhadap kekuatan aji gelap ngampar itu. Udara wangi yang disebarkan oleh kekuatan ilmu pendekar bajang dari Pasundan, Mang Ogel.
Kini aji jahat gelap ngampar itu ia hadapi lagi. Bukan disebarkan dengan tawa, tapi dengan bunyi gaok Gagak Arga. Sesaat Sembada bingung bagaimana menghadapinya. Ia tidak memiliki ilmu seperti kepunyaan Mang Ogel. Juga belum pernah dapat petunjuk dari gurunya bagaimana menghadapi aji sesat itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk menyumbat sumber suara yang mematikan itu.
"Apa boleh buat. Aku batalkan niatku menangkapnya hidup-hidup. Jika aji Tapak Naga Angkasa nanti menghancurkannya, itu bukan salahku. Daripada puluhan prajurit dan pengawal sekarat mati mendengar suara gaoknya, lebih baik satu orang aku jadikan tumbal. " tekad Sembada.Â
Pemuda itu segera memutar cambuknya di atas kepala. Sedangkan tangan kirinya ia tempelkan di dada, segera ia salurkan seluruh kekuatan aji Tapak Naga Angkasa ke tangan kanannya. Getaran aji itu mengalir sampai keujung cambuknya. Sebentar kemudian cambuk itu ia sentakkan ujungnya ke arah tubuh Gagak Arga.
Seleret cahaya putih kebiruan melesat dari ujung cambuk itu. Cahaya itu meluncur ke arah tubuh Gagak Arga. Lelaki berjambang lebat itu nampak lengah terbuai kemenangan karena aji gelap ngamparnya. Mendadak ia terkejut dengan hadirnya cahaya putih kebiruan yang hendak melandanya. Namun tak ada lagi kesempatan ia menghindar. Matanya terpejam dan ia meregangkan seluruh kekuatannya untuk melawan.
"Blaaarrr"
Terdengar ledakan yang dahsyat memekakkan telinga. Benturan itu menimbulkan getaran yang dahsyat, bumi di sekitar mereka serasa bergoncang. Meski suara itu menggetarkan dada mereka yang mendengarkannya tetapi tidak menyakiti dada.
Aneh, setelah benturan ilmu itu terjadi, para pengawal dan prajurit tidak kejang-kejang lagi. Merekapun tidak lagi merasakan dada mereka  sakit seperti dicabik-cabik. Segera mereka bertatih-tatih bangun untuk menyaksikan apa yang terjadi.