"Ohh, benar-benar taktik perang yang jitu. Ayah tentu sudah tahu mereka maju tanpa perisai. Dalam benturan pertama tentu korban akan berjatuhan dari pihak lawan."
"Beliau juga telah mengajarkan kepada remaja-remaja yang bergabung dalam pasukan, bagaimana  memberi andil  jasa membela kademangannya." Jawab Sekar Arum.
Demikianlah Sembada dan Sekar Arum segera menuju  balai kademangan yang dipakai ayahnya sebagai pusat komando pertempuran yang sebentar lagi bakal berkobar.
"Ada sekelompok kecil pasukan memisahkan diri  dari induknya. Mereka bergerak menuju selatan, kemungkinan akan berbelok ketimur menyisir perbatasan kademangan bagian selatan." Kata Sembada yang telah menghadap senopati.
"Berapa orang kekuatan kelompok kecil itu ?" Tanya senopati.
"Sekitar seratus orang senopati." Jawab Sembada.
"Bagaimana ki demang ? Â Mereka tentu hanya akan bikin keonaran dengan membakar rumah penduduk saja."
"Meski demikian harus kita cegah." Kata ki demang Sentika.
"Akan aku bawa pasukan gadis untuk menghadang mereka. Ayah" Kata Sekar Sari.
"Baiklah akan kubawa pula lima puluh pengawal untuk menghadapinya, dan membantu pasukan gadis." Kata Handaka.
"Aku akan ikut kalian. Aku percayakan seluruhnya pasukan induk kepada senopati." Kata ki demang Sentika.