"Baiklah. Kita mulai saja sekarang. Aku minta Gagak Ijo dan Kelabang Ireng memisahkan diri dari induk pasukan. Bawa anak buahmu untuk menyisir tepi kademangan wilayah selatan. Bikin keonaran dan kepanikan penduduk di dusun paling timur kademangan ini."
"Siap ki Singa Lodhaya, perintah aku laksanakan." Kata Gagak Ijo lantas keluar dari lingkaran permusyawaratan. Ia melangkah menuju  rombongan dari perguruannya diikuti oleh Kelabang Ireng.
Dua orang itu segera memilih beberapa orang anggotanya untuk menjalankan perintah pimpinan tertinggi pasukan gabungan itu. Sebentar  kemudian mereka segera memisahkan diri dan menyelinap ke arah selatan.
Meski anggota rombongan pasukan tidak tahu ada sekelompok kecil yang melepaskan diri dari induk pasukan mereka, namun tidak demikian dengan Sembada dan Sekar Arum. Kebetulan mereka sedang mengawasi pergerakan pasukan itu di sisi selatan. Di  atas puncak  sebuah pohon yang rimbun mereka melihat sekelompok pasukan kecil itu berjalan ke arah selatan.
"Mereka tentu akan menyusup ke salah satu  dusun untuk membuat keonaran. Kita harus laporkan perkembangan terakhir ini."
Sembada dan Sekar Arum segera turun. Setelah kedua kaki mereka mendarat di tanah, dengan ilmu peringan tubuhnya yang telah matang mereka berlari dengan cepatnya menuju kademangan Maja  Dhuwur.
Sebentar saja mereka telah sampai di perbatasan kademangan. Keduanya  beristirahat sebentar untuk mengatur  nafasnya yang sedikit memburu. Ketika sudah agak tenang mereka melanjutkan langkahnya.
Namun belum lagi belasan pecak kakinya melangkah, mereka menangkap bayangan pasukan yang sudah menanti datangnya lawan. Sebuah barisan rangkap prajurit berdiri dalam kegelapan, mereka berjajar membentuk formasi garis lengkung.
"Gelar Wulan Tumanggal. Kenapa sedikit sekali pasukan yang di siapkan ? Hanya dua baris pasukan yang memanjang sekitar seribu depa ? Jaraknyapun masing-masing tidak begitu rapat ?" Kata Sembada.
"Barangkali pasukan dengan gelar Wulan Tumanggal itu sekedar untuk memancing lawan agar buru-buru mendekat. Lihat mereka masing-masing  bawa obor kakang, tapi belum dinyalakan. Saat api telah di sulut, lawan segera melihat kekuatan yang menghadangnya.Â
Jika mereka buru-buru mendekat karena terkecoh penampakan pertahanan yang lemah, Â akan segera disambut ribuan anak panah dari pasukan yang tengah berjongkok itu." Kata Sekar Arum sambil menunjuk puluhan pasukan remaja yang berjongkok beberapa depa dari pasukan yang dilihat Sembada.