"Dari desa ini terdengar raungan naga yang tinggal di sana. Kedengarannya ia sedang marah, mungkin ia bertarung dengan hewan lain. Tidakkah kalian melihat ?"
"Yah. Kami melihatnya. Naga itu telah dibunuh istriku. Ini buktinya. Kulitnya aku ambil, untuk pengganti tikar alas tidurnya."
Lelaki itu melihat gulungan benda berbau anyir di punggung pemuda itu. Ia memandang Sekar Arum beberapa lama, tiba-tiba ia berteriak keras.
"Naga Sumber Sanga telah mati, naga sumber sanga telah mati."
Beberapa orang yang mendengar teriakkannya datang dan mengerumuni Sembada dan Sekar Arum. Mereka mengucapkan terima kasih telah membunuh ular raksasa yang menakutkan penduduk situ. Kini mereka bisa mencari ikan di sana lagi tanpa takut bahaya.
Ketika penduduk meminta mereka berdua menginap di desa itu, Sembada menolaknya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan teriring lambaian tangan banyak orang.
Beberapa lama mereka berjalan, Sekar Arum bertanya kepada Sembada.
"Kenapa kakang tadi menyebutku sebagai istrimu ?"
"Haha. Apakah kau keberatan ?"
"Keberatan sih tidak. Untung kita tidak menginap di sana."
"Kenapa beruntung ?"