Namun benar-benar ia terkejut ketika wanita itu melompat dengan gesit dan cepat lewat di atas kepala kudanya. Â Kemudian mendaratkan kakinya tepat di depannya. Â Tangan kiri wanita itu menotok pangkal lengan lelaki itu dengan ujung warangka tombak. Sementara ujung tombak di tangan kanannya menempel di dadanya.
Terasa tangan kanan lelaki itu menjadi lemas, bindi yang dipegangnya itupun terjatuh ke tanah. Ia tidak berani bergerak sejengkalpun karena takut ujung tombak di tangan kanan gadis itu bisa menusuk dadanya.
"Mari ikut aku naik kuda, jika kau tak ingin ujung tombakku merobek dadamu." Kata Sekar Arum.
Lelaki itupun berjalan mengikuti Sekar Arum yang melangkah mundur mendekati kudanya lagi. Ia memerintah lelaki itu agar segera melompat ke atas kudanya.
"Naik ke atas kudaku. Cepat !!" Perintahnya keras.
Setelah lelaki itu melompat naik dan duduk di atas kuda, Sekar Arum ikut pula melompat. Ia duduk di belakang lelaki itu, sambil memegang tali kuda di tangan kirinya. Â Ujung tombaknya kini menempel di punggung lelaki itu.
"Jangan bergerak. Goresan sedikit saja tombakku akan melayangkan nyawamu." Kata Sekar Arum mengancam.
Dari atas kuda Sekar Arum menatap tajam para penghadang yang terpaku keheranan. Dengan mudah pemimpinnya ditundukkan seorang gadis. Tak seorangpun yang bergerak memberi reaksi atas kejadian itu.
"Minggir kalian !!! Kami akan lewat. Jika tak kalian beri jalan kami, pemimpin kalian akan mampus segera." Sekar Arum berteriak.
Sembilan lelaki kekar bersenjata yang mengepung Sembada dan Sekar Arum seperti kena sihir. Kata-kata gadis itu mengandung perbawa yang tak terlawan. Mereka yang mengepungnya melangkahkan kaki ke pinggir, memberi jalan dua orang berkuda yang menyandera pemimpinnya.
Sembada dan Sekar Arum segera menghela kuda mereka. Setelah agak jauh dari pengepungnya, dan lepas dari jarak jangkau anak panah, Sekar Arum tiba-tiba membenturkan lutut kanannya ke atas pinggang lelaki di depannya. Lelaki itu mengaduh dan mengumpat kasar. Tubuhnya melayang terlempar jatuh dari kuda.