Malam itu tak ada yang dikerjakan Sembada dan kawan-kawannya di goa persembunyian. Mereka menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang. Sembada menceritak)an pertemuannya dengan Bonge Kalungkung dan Mang Ogel.
"Mereka berdua bertempur dengan sengit. Hampir setengah hari namun belum ada yang menang. Akhirnya justru Bonge Kalungkung yang meninggalkan gelanggang." Kata Sembada.
"Bonge Kalungkung mungkin kawatir kalian ikut terjun ke gelanggang. Dalam pertempuran yang seimbang, kehadiran seorang dari kalian akan mempengaruhi keadaan." Saut Ki Ardi.
"Kami tak berani memasuki medan, tanpa Mang Ogel memintanya. Takut beliau tersinggung."
"Dia tentu memilih perang tanding sampai akhir. Entahlah apa sebenarnya persoalan di antara mereka, sejak dulu Mang Ogel selalu memburu pendekar pincang itu."
"Ya. Bahkan ia membuntutinya sejak dari padepokan Bonge Kalungkung di lereng Semeru. Ia sebut padepokan lelaki pincang itu sudung, sarang babi hutan."
Ki Ardi dan Nyai Rukmini tertawa.
"Kami juga telah menemukan kemungkinan tempat disembunyikannya payung keramat Tunggul Naga, Ki"
"Benarkah ?"
"Yah. Di sebelah utara bangunan utama padepokan Lodhaya terdapat gumuk yang dijaga ketat oleh beberapa cantrik. Gunung kecil yang kemungkinan dari batu karang itu bisa jadi berlubang bagian bawahnya. Â Kami menduga tempat itulah yang digunakan sebagai gudang, untuk menyimpan senjata-senjata atau pusaka keramat yang mereka curi."