Ki Ardi dan Nyai Rukmini mengangguk-angguk. Mereka saling berpandangan sejenak, kemudian wanita tua guru Sekar Arum itu berkata.
"Kami juga telah melihat tempat itu dari kejauhan. Namun tak pernah berpikir kemungkinan itu. Tapi kalau dijaga banyak cantrik, dan mereka semua membawa busur setiap saat, memang besar kemungkinan dugaanmu benar. Tapi masih harus dibuktikan pendapatmu itu. Ini yang jadi persoalan. Kita kesulitan menerobos masuk ke sana tanpa ketahuan."
"Jika sekedar membuktikan kebenaran bahwa pusaka keramat itu di sana aku punya cara Nyai."
"Bagaimana caramu ?" Hampir berbareng Nyai Rukmini dan Ki Ardi bertanya.
"Dengan pisah raga dan sukma. Ragaku aku tinggal di sini, sukmaku yang akan menyelidiki kebenaran dugaanku"
Mendengar jawaban itu Ki Ardi dan Nyai Rukmini tersenyum bersama. Mereka mengangguk angguk.
"Yah, benar. Aku tak pernah berpikir tentang cara itu." Kata Ki Ardi.
"Akupun demikian. Sebenarnya perkara mudah bagi kita, namun kenapa lama sekali kita bingung berpikir mencari cara lain." Nyai Rukmini menimpali.Â
"Mungkin kita berharap begitu bisa masuk langsung bisa bawa benda itu. Sementara kita belum tahu pasti di mana pusaka itu disimpan" kata ki Ardi.@
"Saat purnama naik, saya akan melakukannya. Saat itu bertepatan dengan puncak acara yang diselenggarakan di padepokan. Kita juga bisa menguping pembicaraan para sakti di balai utama." Kata Sembada.
"Aku setuju. Namun jangan sendirian. Sekar Arum bisa menemanimu." Kata Nyai Rukmini.