Karena penasaran Sekar Arum mendekatinya. Saat ia meraba dengan tangan sukma terasa ada getaran masuk dalam dirinya. Ia sedikit terkejud. Beberapa saat ia mengamati. Ternyata pada landean tombak tertulis nama ayahnya 'Gajah Alit'. Jadi benar bahwa tombak itu milik ayahnya.
"Kau mengamati apa Sekar"
"Ini kakang, tombak ini persis milik ayahku. Saat masih kecil aku sering melihatnya. Pada kayu yang jadi tangkainya terdapat guratan nama ayah Gajah Alit"
Sembada tertarik ikut mengamatinya. Iapun lantas mengangguk-angguk.Â
"Benar Sekar. Kemungkinan besar ini senjata ayahmu."
"Kalau begitu sekalian aku bawa tombak itu nanti. Bersama payung keramat Tunggul Naga, harus kembali kepada pemiliknya."
Sembada mengangguk membenarkannya.
"Ternyata kerja kita tidak sia-sia, kakang. Dua buah pusaka kita temukan di sini. Ayah tentu senang saat aku kembalikan tombak itu padanya."
Mereka bergegas keluar ceruk, untuk melanjutkan menelusuri lorong itu. Namun pada lorong berikutnya tak ada obor penerang pada dinding-dindingnya.Â
Tetapi bagi keduanya gelap dan terang tak menjadi masalah bagi penglihatan sukmanya. Mereka lantas melanjutkan langkahnya menelusuri lorong goa itu hingga beberapa ribu langkah.
Pada ujung lorong itu Sembada dan Arum melihat pancaran cahaya rembulan. Berarti di sana ada lubang yang terbuka. Setelah sampai ternyata lubang itu terpalang beberapa batang kayu. Sembada mencoba menerobos lubang sempit diantara palang kayu -palang kayu penghalang pintu itu.Â