"Apakah dia juga mampu pisah raga dan sukma ?"
"Tentu. Untuk memperoleh sepasang pedang itu syaratnya sama dengan cara kamu mendapatkan cambuk nagageni." Kata guru Sekar Arum.
Sembada memandang Sekar Arum yang duduk di sebelah gurunya. Ia tidak mengira tingkat ilmu gadis itu benar-benar sudah tinggi. Ia menyangka baru tuntas belajar ilmu pedang.
"Apakah hanya kau saja yang bisa pisah raga dan sukma, kakang? Akupun bisa. Jadi aku bisa mengikutimu membuktikan dugaanmu. Biarlah Ki Ardi dan guru yang menjaga raga kita."
"Orang-orang tua hanya kau pekerjakan saja, Sekar ?" Celetuk gurunya.
Sembada dan Ki Ardi tersenyum.
"Aku benar benar tak menduga, gadis centil yang dulu kutinggalkan ternyata mampu menggapai puncak ilmu tertinggi."
"Siapa dulu gurunya" Nyai Rukmini menimpali. Semua isi goa persembunyian itu tertawa.Â
Demikianlah para penghuni goa persembunyian itu telah sepakat membuktikan kebenaran dugaan mereka dengan cara yang paling aman. Â Sembada dan Sekar Arum akan memasuki padepokan bukan dengan badan wadag, atau jasmani, tetapi memakai badan sukma. Dengan begitu semua penghuni padepokan tak akan bisa melihat mereka, termasuk tokoh tokoh sakti yang berkumpul di sana.
Kepada Branjangan, Sembada berpendapat kegiatan prajurit telik sandi semua dihentikan, mengingat bahaya yang dihadapi terlalu besar. Jika mereka tertangkap belum tentu Sembada dan kawan kawannya tahu dan bisa menolongnya. Keselamatan Branjangan di waktu yang lalu adalah kebetulan Sembada melihatnya.
"Baik Sembada. Teman-teman akan aku hubungi dan aku beri tahu, pengawasan padepokan akan kau lakukan. Kami akan menunggu beritanya jika kau telah berhasil mengambil pusaka itu"