"Yah guru. Lebih baik kita berkumpul. Kami di sebelah barat padepokan. Dekat pohon randu alas yang besar dan tinggi, ada sebuah goa. Di sana kami sembunyi."
Guru itu mengakhiri semedinya.
"Mereka bersembunyi di goa yang terletak di barat padepokan dekat pohon randu alas."
"Baiklah aku akan melihatnya dulu guru."
Pemuda yang bersamanya segera memanjat pohon lagi. Ia melihat kearah matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Iapun melihat sebuah pohon besar dan menjulang tinggi di arah sana. Pohon itu paling tinggi di antara pohon pohon sekitarnya.
"Tidak terlalu jauh guru. Jika kita berjalan biasa saja, menjelang matahari tenggelam kita akan sampai di sana"
"Baiklah kita segera ke sana."
Demikianlah dua orang itu segera pergi. Dengan melewati sela-sela pepohonan yang tumbuh rapat dan rumpun belukar yang padat, berbekal pedang di tangan, sepecak demi sepecak mereka mendekati tempat yang mereka tuju.Â
Lewat beberapa saat setelah matahari tenggelam mereka telah sampai. Keduanya disambut empat orang sambil berdiri di depan goa.
"Aku kawatir kalian diterkam singa galak, lama kami menunggu di sini. Sampai aku merasa bosan."
"Tak nampak singa itu muncul di keramaian padepokan. Jika muncul tentu pakaian khususnya gampang di kenal. Ia sering mengenakan baju kulit singa. Bahkan saat-saat tertentu ia kenakan topeng binatang mengerikan itu."