Meski demikian gerakan gadis itu sangat mengagumkan. Â Ia sangat gesit dan cepat. Tenaganyapun kuat. Terbukti setiap benturan senjata, musuhnya yang justru goyah mempertahankan senjatanya. Padahal kedua pedang gadis itu tipis dan lentur sekali.
"Nah, bukankah kalian tak mampu menangkapku ? Jika diteruskan aku bisa membinasakan kalian semua. Tak peduli kalian berasal dari perguruan mana." Kata gadis itu.
"Persetan. Jangan sombong. Sebentar lagi kau jadi tawanan di padepokan lodhaya."
"Kalian murid Singa Lodhaya ?"
"Yaaa. Kami cantrik-cantrik di padepokan itu."
"Haha ternyata cantrik-cantrik Singa Lodhaya kemampuannya tak lebih dari genjik genjik hutan Lodhaya."
Keenam orang itu amatlah marah. Mereka meningkatkan serangan-serangannya. Lebih cepat keras dan beringas. Namun gadis itu seperti tidak mengalami kesulitan apa apa. Dengan ilmu peringan tubuhnya yang matang, ia bisa melontarkan tubuhnya kesana kemari menghindari serangan musuhnya. Justru enam orang itulah yang merasa kebingungan. Mereka sering kehilangan arah kemana lawannya yang seorang itu berada.
"Aku sudah jemu dengan pertempuran ini." Teriak si gadis.
"Kalau begitu menyerahlah. Kau tentu mata mata yang hendak mengawasi padepokan kami."
"Tadi kau hendak menangkapku karena aku gadis. Sekarang kau tuduh aku mata-mata."
"Yaa dua-duanya. Kau gadis mata-mata. Oleh karena itu harus ditangkap. Â Untuk kami tawan, sekaligus pemuas kesenangan kami dipadepokan."