"Aku akan menitipkan sedikit ilmu yang pernah aku peroleh dan ku pelajari semasa muda. Â Aku pernah terdampar dalam lingkungan para perampok yang akrab dengan ilmu ini. Â Ilmu sirep."
"Ilmu sirep ? Â Dari mana ki demang dapatkan ilmu itu. Â Kata guru ilmu itu umumnya banyak di miliki oleh para pencuri atau perampok."
"Gurumu benar. Â Ilmu ini aku dapatkan dari seorang raja perampok di gunung Kendeng. Â Saat muda aku pernah terjebak menjadi anggota gerombolan ini. Â Ketika gembong perampok itu hendak menghadang mangsanya, para pedagang yang akan lewat jalan yang biasa mereka pakai untuk menjalankan aksinya, aku menyelinap kembali ke sarang mereka. Â Aku urung mengikuti gerombolan itu. Â Aku ambil sebuah kitab ilmu milik pemimpin mereka, dan aku bawa lari meninggalkan gerombolan itu. Â Kini kitab itu masih ada padaku."
"Apa gunanya aku harus mewarisi ilmu itu ki demang ?"
"Kau menghadapi sebuah kelompok besar. Â Murid-murid Singa Lodaya. Â Mereka akan mengganggu tugasmu jika tidak dikendalikan. Â Dengan cambuk Nagagenimu kau tentu bisa mengatasinya, namun itu akan memakan korban yang tidak sedikit. Â Dengan ilmu sirep mereka bisa dibuat tidak berkutik, ketika kau sibuk menghadapi kesaktian guru mereka."
"Oh, benar. Â Ki demang. Â Ilmu itupun juga bisa digunakan untuk tujuan yang baik."
"Semua ilmu tergantung siapa pemiliknya Sembada."
Sembada mengangguk-anggukkan kepala. Â "Baiklah ki demang, aku bersedia mempelajari ilmu itu. Â Untuk tambahan bekal menunaikan tugas nanti di Alas Lodaya."
"Jika kau bersedia mempelajarinya. Â Ada syarat yang harus kau tunaikan lebih dulu. Â Yakni berpuasa selama tiga hari. Â Pada hari ketiga kau harus pati geni semalam. Â Tidak makan dan tidak tidur di sebuah tempat tertutup. Â Jika dirumahmu tidak ada tempat yang bisa kau gunakan, kau bisa gunakan sebuah goa di dekat tempuran sungai di utara dusun Majalegi ini. Â Aku akan menunjukkan tempat itu padamu."
"Aku sudah tahu tempat itu ki demang. Â Aku sering berlatih sendirian di sana. Â Di dalamnya ada sebuah ruang yang cukup lapang untuk aku gunakan mengasah ilmu cambukku."
"Baiklah. Â Kapan kau akan memulai menyiapkan dirimu ?"