Pagi - pagi, ketika matahari belum terbit, seorang pengawal berangkat berkuda ke dusun Majalegi. Ia utusan ki demang untuk memanggil Sambaya agar menghadap. Ketika Sambaya bertanya ada keperluan apa ki demang memanggilnya, utusan itu menggelengkan kepala.
"Mungkin ada kaitannya dengan tamu yang hadir ke pendapa kademangan semalam, Sambaya. Mungkin..."
"Tamu dari mana ?"
"Apakah kamu nggak dengar berita, Gusti Senopati Narotama berkunjung ke Majaduwur ?"
"Nggak ada yang memberitahuku."
"Kalau begitu tanya sendiri saja kepada ki demang nanti, kenapa kau diperintah menghadap"
"Baiklah aku akan segera datang. Kau boleh kembali dan lapor bahwa Sambaya siap menghadap"
Dengan meminjam kuda ki bekel Majalegi Sambaya berangkat ke induk kademangan. Ia sedikit syak wasangka bahwa ada rahasia yang ditutupi dengan pemanggilan dirinya. Sambaya sedikit terpancing ingin tahu, apa gerangan peristiwa yang bakal terjadi.
Ketika Sambaya sudah sampai di pendapa kademangan, ia diminta menemui ki demang di kamar tidurnya. Sambaya kian heran, tak biasanya ki demang begitu. Setelah ia masuk tempat pembaringan, ki demang menyuruhnya duduk di sebuah dingklik.
"Sambaya, ada tugas kecil untukmu. Sampaikan surat ini kepada Sembada. Kau harus bertemu dia langsung, jangan sampai surat ini jatuh ke tangan orang lain." perintah ki demang.