Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 20 Penjajagan Ilmu Lagi (Cersil STN)

31 Maret 2024   22:03 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:06 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun ternyata lelaki itu juga gesit, ia melompat jauh ke depan, tidak sekedar menghindari ujung cambuk Sembada tapi sekaligus menyerangnya.  Sebuah tusukan ujung pedang menyambar pelipis anak muda itu.

Sembada memiringkan tubuhnya. Pedang itu lewat sejengkal dari keningnya. Ia melompat sambil melecutkan cambuk sendal pancing. Ujung cambuk itu memburu punggung lawannya. Tapi gagal. Lawannya juga gesit seperti singgat. Ia melenting jauh dari Sembada.

Maka sebentar saja telah terjadi sebuah perkelahian yang dahsyat. Perkelahian dua orang manusia yang tak pernah disaksikan oleh Sambaya dan Kartika. Mulut keduanya melongo menyaksikan dua raksasa berilmu tengah berlaga di depan mereka.

Pertempuran itu seperti dua bayangan yang saling menyambar dengan cepat dan gesitnya.  Keduanya juga mampu melenting tinggi seperti tubuhnya tak berbobot. Saat saat tertentu mereka juga berbenturan. Tetapi tenaga mereka seolah seimbang, sehingga keduanya selalu terlontar ke belakang bila habis berbenturan.

Silih berganti mereka menyerang dan mendesak lawannya. Tanah lapang yang ditumbuhi banyak  rumput itu seperti teraduk, rumput rumput itu seperti tercerabut dan  terungkat, tanah di bawahnya seperti terbajak.

Sampailah mereka pada puncak ilmunya. Pedang di tangan lawan Sembada tiba tiba menyala putih kekuningan. Pedang itu menyambar-nyambar di antara putaran cambuk yang meledak ledak menggetarkan. Bahkan tubuh sembada berubah seperti cahaya putih yang berkelebat kesana kemari melibat lawannya.

Ki demang yang khawatir pertempuran itu melewati batas dari rencana semula, segera ia terteriak sambil mengerahkan ilmunya.

"Tidakkah pertempuran ini telah melewati batas dari rencana Gusti Senopati ? Kita datang tidak untuk bertempur sampai ada yang mati" demikianlah teriak ki demang.

"Berhentilah ! Sudah cukup penjajagan ini !!!"

Barangkali karena teriakkan ki demang, tiba tiba lawan Sembada melontarkan tubuhnya jauh ke belakang. Ia angkat pedangnya dan tangan kirinya sambil berteriak lantang.

"Cukup cukup. Sembada. Kita akhiri dulu pertempuran ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun