Dua pemuda itu mendengar teriakan ki demang. Mereka berpandangan sejenak, namun bergantian mereka menganggukkan kepala. Tanpa berucap mereka setuju menemui ki demang. Keduanya lantas berjalan menuju tempat di mana tiga orang berdiri di tanah lapang di selatan rawa pandan itu.
"Kau Kartika dan Sambaya. Beraninya kau mengintip pertemuan ini. Siapa yang mengijinkan kalian ?"
Sambaya melirik Sembada sekejap, lantas menjawab pertanyaan ki demang.
"Kami berinisiatif sendiri ki demang. Ingin melihat pertemuan ki demang dengan Sembada di sini. Kamipun telah lama ingin tahu jatidiri Sembada. Sejak peristiwa di hutan Waringin Soban, hilangnya Sekarsari, ketidakmampuan Handaka mengalah-kannya saat bentrok dengannya di halaman kademangan, hingga hadirnya orang bercambuk yang kami duga adalah Sembada. Karena perawakan dan gerak geriknya kami nilai sama. Ternyata dugaan kami benar. Bahwa Sembada sebenarnya pendekar besar yang menyamar sebagai pemuda biasa di dusun kami."
Ki demang terdiam mendengar keterusterangan Sambaya. Sedikit banyak iapun sempat menaruh syak wasangka yang sama terhadap Sembada.
"Tapi tindakanmu kali ini aku nilai lancang Sambaya."
"Tapi kami mendapat ijin dari Sembada ki demang. Isi surat ki demang ia tunjukkan padaku. Iapun membolehkan hadir disini melihat pertemuan ki demang dengannya. Apa yang tidak kami duga adalah kehadiran Senopati Narotama menyertai ki demang."
Mendengar nama senopati Narotama disebut, Sembada terhenyak. Ia kaget dan heran. Matanya menatap ki demang.
"Senopati Narotama ? Bukankah tuan tadi mengatakan nama tuan Pragolapati ? Punggawa kerajaan Wura wari berpangkat tumenggung ?"
Sebelum Senopati menjawab sendiri pertanyaan Sembada, ki demang mendahului berkata.
"Maafkan kami Sembada. Kami telah membohongimu. Akulah yang punya ide mengganti nama Gusti Senopati Narotama menjadi Pragolapati. Cerita bahwa ia punggawa kerajaan Wura wari berpangkat tumenggung dan telah mengalahkan aku dalam perang tanding, semua bohong belaka. Itu semua karena kami tak ingin kau menghindar, dari keinginan Gusti Senopati Narotama menjajagi kedalaman ilmumu."