"Diam kau. Â Kalian tinggal jalankan perintah."
Kemudian Gagakijo maju sendirian beberapa puluh langkah ke depan. Di antara pasukan lawan muncul pula orang gagah tinggi besar maju ke depan. Â Ia adalah demang Sentika.
"Demang Sentika aku akan mengurungkan penyerangan ini jika kau mau menyerahkan orang yang membawa cambuk pusaka Nagageni."
"Jangan mengigau Gagakijo, kita sudah berhadapan. Tak ada orang di kademanganku yang memiliki pusaka itu. Kau jangan mengada ada, jika kau sudah merasa siap aku akan mulai."
"Syetan alas kau Sentika. Â Jangan bikin kesabaranku habis. Â Pasukanku jauh lebih banyak dari pasukanmu. Â Dalam sekejab pasukanmu akan terlibas."
"Jangan banyak bicara, buktikan saja ucapanmu." Demang Sentika mengangkat tangan, tanda ia akan menggerakkan pasukannya.
Gagakijo buru-buru melangkah mundur dan berbalik untuk bergabung dengan pasukannya.
Sebentar kemudian terdengar sorak membahana dari mulut setiap orang dalam kedua pasukan itu.
"Serangggg, hancurkan !!!!"
Setiap orang dari kedua pasukan itu meloncat berlari dan mengacung acungkan senjata mereka di atas kepala.
"Babat habis pengawal kademangan Majaduwur."